Masa pandemi mungkin tidak berakhir dalam waktu dekat, mengingat kasus terkonfirmasi Covid-19 meningkat terus belakangan ini, terutama di 5 (lima) provinsi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan  Kalimantan Timur, sesuai data per tanggal 18 Juni 2021 dari antaranews.com.
Apakah benar data-data yang tercatat adalah mereka yang benar-benar terkonfirmasi Covid-19? Hal ini yang perlu kita teliti lebih jauh lagi.
Sesuai berita di kompas.com pada tanggal 29 April 2021, Polisi telah mengungkap mafia Covid-19 di Bandara Soetta, dari hasil PCR palsu, Upeti untuk lolos karantina, hingga Rapid Test Antigen daur ulang. Timbul pertanyaan kita, apakah jaringan mafia itu hanya beroperasi di Bandara Soetta? Jawabnya pasti tidak. Mereka sudah menyusup ke seluruh tatanan masyarakat.
Salah satu kasus realita yang terjadi di salah satu RW di wilayah Kelurahan Cipadu Jaya di Kota Tangerang, Banten, patut kita jadikan pelajaran berharga. Salah seorang pengurus RT di wilayah itu menceritakan kisah realita ini kepada saya.
Beberapa waktu lalu, Â salah satu Kelurahan di wilayah Cipadu Jaya itu melaksanakan acara Pelantikan para pengurus RT dan RW baru. Sebelum acara dimulai, beberapa tokoh masyarakat, Lurah, pihak Puskesmas dan Satgas Covid mendatangi rumah warga untuk mensosialisasikan kegiatan Test Swab Antigen setelah acara Pelantikan dilaksanakan, namun dengan jam dan lokasi yang berbeda.
Ketika acara Test Swab Antigen berlangsung, pihak Puskesmas dikawal oleh Satgas Covid, Lurah, Ketua RW dan Aparat TNI/Polri (Babinsa dan Linmas). Alhasil ada 5 (lima) orang warga RT dalam kepengurusan rekan saya dinyatakan positif Covid-19. Hal ini tentu membuat panik warga sekitar, bahkan pihak Kelurahan sudah langsung ingin mengadakan pemantauan mobilitas warga yang dinyatakan positif oleh hasil Test Swab Antigen tersebut.
Dengan bijak tapi tegas, Pengurus RT memberikan input kepada warga yang terkonfirmasi positif  tersebut untuk segera mencari  second opinion pemeriksaan test Covid-19.Â
Dari 5 (lima) warga RT di bawah kepengurusannya, semua melakukan cek kembali ke RS besar, seperti RS Internasional Bintaro, RS Pondok Indah dan ada juga yang melakukan cek ke Pelayanan Kesehatan 24 Jam di sekitar wilayahnya. Hasil cek ulang mereka semua ternyata dinyatakan NEGATIF Covid-19. Mencengangkan bukan?
Ternyata memang hasil Test Swab Antigen tidak dapat diandalkan hasilnya. Bisa jadi karena alat test memang abal-abal atau kadaluarsa atau palsu.Â
Bayangkan kalau warga langsung menerima vonis positif akibat hasil Test Swab Antigen yang diadakan secara resmi dari pihak Kelurahan dan Puskesmas dengan pengawalan serius dari pihak keamanan negara ini.Â
Seorang warga mengeluh bahwa mental keluarga mereka sempat down, saat menerima hasil test itu. Ada juga seorang warga yang hasilnya dinyatakan positif Covid-19 itu bertutur bahwa ia baru menikah dan sudah sempat stress karena terbayang susahnya bila ia harus berjauhan dengan pasangannya. Kegiatan yang akan sangat merepotkan banyak warga sekitar sudah terbayang di depan mata Pengurus RT, bila ada warga yang benar-benar terkonfimasi Covid-19.
Dengan kejadian realita tersebut, dapatlah kita ilustrasikan bila itu terjadi di beberapa wilayah negara ini. Apakah semua pihak yang berwenang dari tingkat RT, RW, Kelurahan atau Kecamatan sudah melakukan test kembali untuk para warganya yang dinyatakan positif terkonfirmasi dengan test yang lebih valid?Â
Semoga dengan sedikit ulasan dari kisah realita ini, menjadikan kita semua bisa lebih berhati-hati dan bijak dalam menyikapi hasil test Covid-19 ataupun test cek kesehatan kita pada umumnya, baik untuk seluruh warga masyarakat maupun untuk berbagai pihak yang menyelenggarakan Test Covid-19 sebagai pelaksana roda pemerintahan NKRI ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H