Mohon tunggu...
Ibu lanaga
Ibu lanaga Mohon Tunggu... Wiraswasta - Head of Sekolah Ibu Peradaban

Ibu rumah tangga yang biasa berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Parsial, Hadapi Problem Pendidikan Harus secara Mendasar

7 Juli 2024   06:59 Diperbarui: 7 Juli 2024   07:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jangan Parsial, Hadapi Problem Pendidikan Harus secara Mendasar

Oleh: Ibu Lanaga

Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menolak peserta Seleksi Mandiri dari siswa yang telah lolos Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2024. ITB menyadari bahwa jumlah lulusan SMA dan sederajat di Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi jauh lebih besar daripada kapasitas yang tersedia di perguruan tinggi negeri (PTN) di seluruh Indonesia.

Meski langkah yang diambil ITB tampak baik, namun langkah ini mengungkap fakta bagaimana kuota PTN tidak sebanding dengan banyaknya generasi muda yang ingin kuliah.  Bagaimana yang tidak lolos di PTN? Bisa jadi kuliah di kampus swasta yang tentu memiliki kondisi berbeda dengan kampus negeri,  bekerja, mengambil gap year, atau bahkan menganggur saja.

Persoalan ini hanya satu dari sekian banyak permasalahan pendidikan di negeri ini. Ketersediaan kampus, kualitas fasilitas kampus, kualitas pendidik, kualitas anak didik, dan kualitas lulusan semua menjadi catatan. Dan, tidak boleh dilupakan adalah sulitnya akses masuk kampus karena saking tingginya biaya kuliah. Bahkan hal ini juga membuat mahasiswa terancam tidak bisa melanjutkan kuliah.

Berbagai hal dilakukan untuk menghadapi beragam persoalan di dunia pendidik khususnya pendidikan tinggi. Namun, semua tidak menyelesaikan persoalan. Permasalahan baru terus datang. Hal ini diakibatkan oleh tidak mendasarnya solusi yang diambil.

Patut dipahami bahwa persoalan pendidikan berangkat dari paradigma kapitalisme sekuler yang digunakan. Paradigma ini menjadikan pendidikan bukan sebagai perkara yang harus dijamin penyelenggaraannya oleh negara. 

Bahkan, swasta bebas mengambil peran.  Pendidikan pun diselenggarakan dengan ruh seperti halnya barang dagangan. Sehingga diposisikan sebagai pos untuk mengambil keuntungan dari rakyat, bukan untuk ruang pencerdasan. Akibatnya, siapa yang mampu, dia yang dapat pendidikan yang dianggap berkualitas.

Berbeda sekali dengan pendidikan berparadigma Islam. Pendidikan dalam Islam merupakan metode untuk menjaga keberlangsungan peradaban. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Karenanya, negara dalam Islam memberi perhatian luar biasa mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Sekolah-sekolah/kampus-kampus dibangun sesuai kebutuhan. Sehingga tidak boleh ada cerita jumlah kampus kurang dibandingkan banyaknya rakyat yang membutu pendidikan. Kemudian, pendidikan pun secara gratis diberikan. 

Dengan demikian, tidak boleh ada cerita tidak bisa masuk kuliah karena tidak ada dana atau mahasiswa terancam drop-out karena tidak mampu membayar biaya kuliah. Banyaknya kekayaan alam merupakan salah satu sumber dana strategis untuk mensupport dunia pendidikan, bukan justru seperti sekarang, dibiarkan dirampok oleh negara-negara penjajah asing.

Demikianlah, jika ingin menyelesaikan persoalan pendidikan, seharusnya dilakukan secara paradigmatis. Bahkan seluruh persoalan di negeri ini seharusnya juga diselesaikan secara mendasar. Hal itu dilakukan dengan mengganti paradigma mendasar yang dipakai yakni kapitalisme sekular dengan paradigma shahih yakni Islam.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun