Mohon tunggu...
Ibu lanaga
Ibu lanaga Mohon Tunggu... Wiraswasta - Head of Sekolah Ibu Peradaban

Ibu rumah tangga yang biasa berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Tinggi Mahal: Wajar dalam Sistem Komersial Kapitalisme

23 April 2024   22:42 Diperbarui: 23 April 2024   22:53 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan Tinggi Mahal: Wajar dalam Sistem Komersial kapitalisme

Oleh: Ibu Lanaga (Head of Sekolah Ibu Peradban)

Media sosial X sempat diramaikan dengan unggahan bernarasi uang kuliah tunggal (UKT) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang disebut mengalami kenaikan. Menurut akun @itbfess pada Senin (25/3/2024), terjadi kenaikan UKT sebesar Rp 2.000.000 per golongan.

Pihak ITB pun bersuara. Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB Naomi Haswanto mengatakan, pihaknya menetapkan UKT mengacu pada Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidik

an Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kemdikbud Ristek dan Kepmendikbud Ristek Nomor 54/P/2024 tentang Besaran Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi.

Mengenai biaya kuliah di ITB untuk mahasiswa baru 2024 mulai dari Rp0 - Rp20.000.000,

Fakta mahalnya biaya pendidikan tinggi di ITB bisa kita temukan juga di kampus-kampus lainnya baik kampus negeri mapun swasta. Mengapa hal ini terjadi?

Tentu saja, pendidikan berkualitas memang membutuhkan penyediaan sarana prasarana serta tenaga pendidik yang sesuai. Dan tentu hal ini berkorelasi dengan biaya yang tinggi untuk penyediaannya. Hanya saja, ideologi kapitalisme telah menyerahkan beban biaya ini kepada masyarakat untuk menanggungnya. Akibatnya pendidikan tinggi menjadi komersial. Hanya mereka yang memiliki kekuatan dana yang mampu mengaksesnya. Bahkan, solusi yang ditawarkan berupa cicilan biaya kuliah sesungguhnya tidak menyelesaikan persoalan, apalagi ketika peserta didik terlibat pinjol untuk mencicil biaya kuliah tersebut.

Kapitalisme memang menjadikan negara berlepas tangan dalam persoalan pelayanan pendidikan. Bahkan parahnya dalam semua jenis pelayanan (bukan hanya pendidikan)! Negara dalam pandangan ideologi ini adalah fasilitator bagi mereka yang memiliki kapital/modal. Lihat saja bagaimana mahalnya biaya pendidikan adalah sesuai dengan mandat peraturan negara. Belum lagi persoalan kualitas pendidikan tinggi saat ini. Banyak kampus, banyak lulusan, namun kemana mereka semua ? Persoalan rakyat tidak pernai usai, malah justru semakin jatuh pada keterpurukan. Lulusan pendidikan tinggi tidak mampu bahkan dijadikan mandul dalam menjadi problem solver masyarakat.

Sangat berbeda jauh dengan gambaran pendidikan tinggi dalam Islam. Secara kualitas, pendidikan Tinggi dalam peradaban Islam hadir untuk melahirkan peserta didik yang memiliki kepribadian mulia yakni mereka yang bertakwa, takut pada Allah, Sang Pencipta Semesta. Mereka juga dibentuk untuk menguasai tsaqafah Islam yang memang memiliki sifat menjawab beragam persoalan kehidupan. Kemudian, pendidikan tinggi dalam Islam pun membentuk intelektual yang menguasai ilmu pengetahuan  yang memudahkan kehidupan. Tidak heran, ketinggian teknologi bisa kita temukan dalam peradaban Islam. Demikianlah tingginya kualitas pendidikan tinggi Islam.

Luar biasanya, kualitas yang tinggi tersebut bisa didapatkan masyarakat secara gratis! Hal ini karena beban biaya pendidikan menjadi tangung jawab negara sepenuhnya. Dan, hal ini mudah dalam peradaban Islam karena sistem ekonomi Islam telah menjamin pos pendanaan pelayanan pendidikan melalui sumber dana yang diatur oleh Islam.

Oleh karena itu, berharap pendidikan berkualitas yang mudah diakses bahkan gratis hanyalah mimpi dalam sistem kapitalisme. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan penerapan sistem pendidikan tinggi Islam disertai penerapan sistem ekonomi Islam dan semua aturan Islam lainnya. Semua itu akan kembali kita saksikan dalam sebuah peradaban Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun