Mohon tunggu...
Ibtihal Lathifah
Ibtihal Lathifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: Mendengarkan musik dan. Menonton film atau drama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mampukah Program Makan Siang Gratis Menanggulangi Prevalensi Stunting di Indonesia Secara Menyeluruh?

30 Maret 2024   17:50 Diperbarui: 30 Maret 2024   17:55 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook Prabowo Subianto

Dibandingkan dengan memberikan makan siang gratis, menurut Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), lebih efektif pembagian paket multivitamin dan makanan yang mengandung omega 3, DHA, dan asam folat untuk menurunkan angka bayi stunting, kematian ibu melahirkan, dan kematian bayi dini.

Selain itu, untuk menurunkan stunting tidak bisa hanya dengan program makan siang gratis. Harus ada faktor lain yang ikut mendorong seperti pemberian multivitamin kepada ibu hamil, dan pasangan yang baru menikah. Makan pagi dan makan malam juga harus diperhatikan gizinya jika ingin mencegah stunting.
Seorang ahli gizi bernama Tan menyatakan bahwa ada lima faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak. Hal itu sudah dapat dipengaruhi dari janin hingga anak-anak. Ibu yang hamil dengan anemia, bayi yang tidak menerima ASI eksklusif sampai masa MPASI yang tidak sesuai prosedur secara kuantitas dan kualitas atau pemberian makanan yang tidak bergizi.

Menurut Prof. Hinky, selain makan siang dan susu gratis, Prabowo harus melakukan sebelas langkah tambahan untuk mengurangi angka stunting. Ini termasuk skrining anemia bagi remaja perempuan, konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja perempuan, pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care atau ANC), pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang menderita kekurangan energi (KEK), pemantauan pertumbuhan balita, pemberian MPASI eksklusif, pemberian ASI eksklusif, dan penyediaan air minum dan

Pemerintah harus memperbaiki sistem ketahanan kesehatan, pangan, sosial, dan ekonomi yang ada. Ketahanan tersebut kurang dibangun oleh Presiden dan pemerintah Indonesia selama ini. Karena sistem ketahanan sosial dan ekonomi Indonesia lemah, bantuan sosial dan kebijakan makan gratis tidak akan menyelesaikan masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun