Mohon tunggu...
Ibrohim El Hasbi
Ibrohim El Hasbi Mohon Tunggu... Dosen - Pakar Pendidikan Islam

Kandidat Doktor Pendidikan Islam dan ketua yayasan Mutiara Embun Pagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hijrah, Merdeka, dan Corona

12 Agustus 2021   16:58 Diperbarui: 12 Agustus 2021   17:01 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mereka harus bekerja jadi Rodi dan Romusa, mengelola sumber daya alam layaknya binatang, lalu hasilnya dirampas atau harus disetorkan kepada penjajah durjana. Jika itu tidak dilakukan, maka kematian atau paling tidak penjara sudah menanti.

Bukan hanya urusan keduniaan, hak pribadi sebagai warga negara untuk melaksanakan syariat agama masing-masing dibatasi bahkan dihalang-halangi. Penjajah sadar, jika bangsa Indonesia khususnya kaum muslimin bangkit dan sadar dengan ajaran agamanya, niscaya akan menjadi maha kekuatan untuk melawan mereka. 

Terlebih, salah satu motif mereka menjajah negara kita, untuk menyebarkan agama yang dianutnya. Konsekwensinya pula, para ulama yang tetap mengajarkan syariat Islam banyak yang ditangkap dan dianiaya. Al hasil, pada masa penjajahan nenek moyang kita banyak mengalami penderitaan baik lahir maupun batin.

Layaknya peristiwa hijrah kaum muslimin yang dilakukan beberapa kali, pun penjajahan kepada bangsa dan agama Islam Indonesia, dilakukan berulangkali. Secara bergantian, negara-negara Eropa menikmati dan menari di atas penderitaan negeri.  Tak hanya mereka, rupanya pula negara Jepang yang notabene sebagai negara Asia, turut serta menindas, bahkan dirasa lebih menyengsarakan padahal janji manisnya melindung namun kemudian menyakiti. Atas perjuangan para pahlawan, negara Indonesia akhirnya terbebas dari penjajahan.

Jika melihat salahsatu Kalam Tuhun, "wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu, dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (Ali Imran: 200). Ayat ini berlaku pula dengan peristiwa penjajahan yang dialami bangsa Indonesia. 

Setelah bersabar atas penjajahan bangsa barat, lalu menguatkan kesabaran atas penjajahan Jepang yang lebih mengenaskan, seharusnya bangsa Indonesia tetap bersiap siaga kalau-kalau terjadi penjajahan atau pengkhianatan lanjutan. Tahun 1965, pesan al quran tersebut terbukti, Komunis berupaya untuk mengambil alih kekuasaan. 

Mereka membunuh beberapa pahlawan yang dianggap dapat mengganggu pergerakannya, membantai para ulama dan santri, serta mengumpulkan bantuan kekuatan dari luar negeri untuk menguasai. Namun lagi-lagi, atas pertolongan Allah SWT, para pahlawan bisa mengatasi pengkhianatan serta menumpas mereka. 

Oleh karena itu pula, tidak ada alas an bagi kita untuk berterima kasih pada para pahlawan yang sudah berkorban dengan jiwa dan hartanya. Bayangkan, apa yang terjadi jika penjajah masih menguasai negeri ini, atau bangsa komunis mengendalikan bangsa ini. Rakyat Indonesia, khususnya kaum muslimin akan sangat menderita dan tidak terbebas dalam melakukan amal ibadah.

Sebagai generasi yang hidup di abad 20an, penjajahan dirasa masih tetap ada, dan kita dituntuk untuk memeranginya. Kita berbeda dengan para pejuang yang menghadapi penjajah dengan menggunakan pedang, kujang, dan bambu runcing. Kita membutuhkan iktikad hati,  upaya keras dan semangat tinggi untuk memerangi kemalasan, kemiskinan, kebodohan, penjajahan ideologi, budaya dll, yang hingga saat ini masih terus menghantui. Tak perlu menyesali atau menyalahkan satu sama lain, yang dibutuhkan ialah semangat murni yang dimulai dari diri kita masing-masing.

Satu lagi peristiwa yang perlu kita renungkan dan ambil pelajaran bersama yaitu pandemi covid 19 (Corona). Kebetulan sekali, peristiwa ini sedang kita hadapi Bersama. Jika hijrah kaum muslimin dan kemerdekaan republik Indonesia kita hanya tinggal menikmati, maka sekarang ini kita sekaligus menjadi pelaku. 

Jika kita terus berjuang terlibat dalam penghentian covid ini, maka tidak menutup kemungkinan kelak akan dikenang oleh generasi setelah kita dan atau dikategorikan sebagai syuhada/para pahlawan. Tantangan dan perjuangan dipastikan berbeda. Namun kebaikan atas perjuangan dipastikan akan sama. Toh kerugian dan korban jiwa yang diakibatkan covid 19 ini cukup banyak juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun