Fakta menunjukkan, negara berpenduduk muslim terbesar dunia saat ini masih diraih Indonesia. Kelebihan tersebut berdampak pada keanekaragaman budaya Islami. Negara-negara berpenduduk muslim lainnya akan takjub, hingga merasa iri dibuatnya. Sebut saja perayaan idul fitri yang memiliki keunikan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Dalam beberapa cara perayaan seperti mudik, penyediaan aneka makanan, penggunaan pakaian, dan liburan, mungkin sama dengan negara berpenduduk muslim lainnya.
Tapi muslim Indonesia memiliki kekhasan tersendiri yang belum dilakukan oleh yang negara muslim lainnya. Halal bi halal, Nedran, takbir keliling, dan menabuh bedug, sepertinya hanya dimiliki muslim Indonesia. Kita patut bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Khusus idul fitri 1441 H, Pandemi Corona membuat perayaan idul fitri nyaris tidak terjadi. Yang merasakan bukan hanya bangsa Indonesia, melainkan ummat muslim dunia pada umumnya.
Salah satu jenis budaya yang mungkin dianggap cukup menyesakkan muslim Indonesia ialah, tidak dapat berkumpul barsama keluarga besar di kampung halaman. Satu sama lain dari mereka hanya dapat melepas rindu melalui fasilitas HP saja. Semua menyadari dan harus berlapang dada dibuatnya.
Apabila dikelompokkan, tingkatan usia yang biasa merasakan langsung indahnya perayaan lebaran terdapat beberapa tingkatan. Usia anak, remaja, dewasa, orangtua, lansia, dan manula. Semua tingkatan itu dipastikan akan merasakan perbedaan dalam kesedihan. Faktor penyebabnya pun sudah dipastikan berbeda-beda.
Ada yang menarik dari tingkatan usia tersebut hingga berdampak pada tingkat kesedihan. Usia anak, lansia dan manula, sepertinya punya sisi tersendiri. Â Oleh karena itu, bagi orang yang masuk kategori dewasa penting kiranya menaruh perhatian lebih pada usia itu. Sangat wajar, bagi usia anak dan lansia, serta manula untuk mendapatkanya.
Kembali pada budaya di Indonesia saat lebaran tiba. Bagi kategori anak-anak, terlebih berhasil melaksanakan ibadah puasa 1 bulan lamanya, biasa mendapatkan hadiah dari orangtua. Baju baru, mainan baru, sejumlah uang atau hadiah lainnya, cukup membuat mereka bersuka ria. Demi untuk membahagian sang buah hati, orangtua pun terbiasa berusaha memenuhinya.
Selain dapat hadiah dari orangtua, yang sangat didambakan anak-anak ialah angpau dari karib kerabat. Lucunya pula, anak-anak sudah terlebih dahulu menghitung. "aku akan dapat uang dari kaka, bibi, uwa, nenek, kakek dan lain-lain".Â
Peruntukkanya pun sudah terinci adanya. Tak sedikit dari mereka beradu jumlah yang didapat dengan teman-teman seusianya. Sungguh indah masa-masa pada usia anak. Sayang, mimpi mengulang kebahagiaan tahun-tahun sebelumnya, tidak menjadi kenyataan.
Berbeda dengan kategori lansia dan manula. Yang sangat dirindukan mereka ialah celotehan dan tingkah lucu cucu dan cicitnya. Bagi lansia dan manula, tak ada yang dapat mengalahkan kebahagiaan saat lebaran tiba, selain hadirnya mereka. Secara spikologis, kakek dan nenek akan lebih sayang kepada cucu dibandingkan dengan orangtua.
Wajar, saat mereka masih dewasa, tersibukkan dengan bekerja mencari nafkah keluarga hingga perhatian pada anak-anaknya bersifat sewajarnya. Tetapi, saat memasuki usia manula dimana mereka memasuki tahap waktu luang, kecintaan dan kerinduan pada anak-anak tumbuh subur adanya.
Pun mereka sadar, di usianya yang sudah senja, tidak ada harapan lebih lama lagi untuk memanjakan cucu-cucunya. Maka wajar, di antara kesedihan yang mungkin dialami lansia dan manula akibat pandemi corona ini, tidak terlihatnya kecerian cucu dan cicit mereka.
Kondisi seperti di atas, penting untuk dijadikan bahan perhatian. Orang dewasa dituntut mampu menjelaskan dan memberikan edukasi. Tidak menerima banyak tamu terlebih warga yang merantau, yang berdampak pada cemberutnya anak-anak di rumah, dan tidak pulang ke kampung halaman yang membuat kakek nenek dilanda rindu, itu demi kebaikan keluarga dan negara.
Semoga pandemi Corona segera berlalu, sehingga cucuran air mata rindu ini dapat segera terobati. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H