Mohon tunggu...
Ibrahim Quraisy
Ibrahim Quraisy Mohon Tunggu... Programmer - Website Developer

Seorang Food Blogger di Foodform-Indonesia yang mencintai makanan lokal Twitter: @bimbaim

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pria dan Tembok

2 Desember 2015   11:08 Diperbarui: 2 Desember 2015   11:46 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pria itu mulai menyusun batu tahap demi tahap dengan diselingi campuran lem perekat khusus berwarna tanah namun sedikit muda warnanya. Pria itu memulai harinya dengan rutinitas yang sama menyusun dan merekatkan bagian per bagian tembok yang rencananya akan berdiri kokoh di kotanya.

Pria pembangun tembok sudah memulai profesinya sebagai penembok sejak lahir. Menembok bagi dirinya adalah takdir yang sudah digariskan kepadanya. Namun temboknya bukanlah sesuatu yang tahan lama. Awalnya 5 tahun sudah rusak kemudian 4 tahun rusak lagi. Sekarang setiap 2 tahun dia harus memanmbal bagian yang retak. Semakin banyak retakan, banyak pula tambalannya.

Hari ini dia mendapat lahan baru untuk tembok lagi. Rutinitasnya pun berlanjut sedikit demi sedikit. Besoknya tembok baru dia bangun kembali, Minggu depan pria itu membangun tembok yang lain. Batu dan lem perekat yang cukup untuk satu tembok bisa menjadi lima tembok baru.

“Tembokku bertambah banyak.” Kata pria itu dengan semangat. Keesokannya si pria pembangun tembok mendapatkan kerjaan lagi. Membangun tembok baru. Si pria mengambil batu dan lem perekat yang hanya cukup satu tembok untuk membangun tembok baru pesanan pelanggannya.

Namun sebelum memulai si pria mendapat panggilan, tembok yang dia bangun minggu lalu mengalami keretakan. Si pria menggunakan batu dan lem perekat yang seharusnya untuk tembok baru digunakan sebagai penambal. Belum selesai penambalannya dilakukan. Panggilan kedua datang tembok kedua yang dia bangun mengalami keretakan yang sama di posisi yang sama. Pria itu bergegas menambalnya. Panggilan ketiga pun berdering untuk menambal tembok yang dibangunnya dua hari yang lalu.

Tembok pertama yang belum kering tambalannya mengalami keretakan baru. Si pria kembali ke tembok itu lagi. Tiba-tiba gempa menerjang si pria lambat berlari tembok-tembok yang telah dibangun dan ditambalnya menimpa dirinya lalu mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun