Merdeka !!!
Resmi sudah Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik menjadi presiden dan wakil presiden ketujuh Republik Indonesia . Tak sedikit haru dan tawa menghiasi gelaran lima tahunan yang diselenggarakan di gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Senayan ini. Bahkan, pasca dilantik presiden baru Indonesia ini sudah memecahkan rekor dunia yakni menggelar hajatan dari, oleh, dan untuk rakyat pertama dan terbesar di dunia.
Bangga juga punya presiden yang baru saja dilantik sudah memecahkan rekor dunia, walaupun rekor itu tidak secara langsung Jokowi-JK yang melakukan. Tapi, jika bukan karena Jokowi (bukan karena JK wakil Jokowi) presidennya mana mungkin ada hajatan sebesar itu di Jakarta.
Sebagai anak Indonesia yang kian kritis dan peduli terhadap masalah bangsa saat ini. Saya tak ingin hanya mencela dan mengkritis tanpa solusi kerja-kerja yang akan dilakukan "wong ndeso" itu selama lima tahun mendatang. Yang pasti hingga 2019, kami masyarakat Indonesia harus sudah merasakan revolusi mental seperti apa yang di cita-citakan Jokowi saat kampanye termasuk peduli terhadap perubahan dan siap melakukan perubahan itu sendiri.
Nah, untuk pak JK yang kembali menjadi wakil presiden saya pribadi mengucapkan selamat atas "tetap" menjadi wakil presiden dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat periode 2005-2009 dan Jokowi periode 2014-xxxx (masih belum bisa saya prediksi kondisi perpolitikan lima tahun mendatang untuk beliau ini).
Dulu, saat masih mesra bersama SBY, JK terkenal sebagai wakil presiden yang tak seperti layaknya wakil presiden yang membantu presiden dalam menjalankan pemerintahan. Dia terkesan jalan sendiri dengan aturan main yang dia kehendaki. Tak salah, bahkan menurut saya pribadi itu merupakan ciri khas ketimuran yang melekat pada diri JK yang patut diapresiasi. SBY tidak mendapat lawan berat melalui oposisi dari luar pemerintahannya melainkan dari orang terdekatnya yakni JK.
Bahkan, saat pemilihan presiden 2009, SBY mendapat perlawan sengit dari JK dan Megawati yang saat itu mencoba peruntungan mencalonkan diri sebagai presiden. Namun, taktir blusukan yang sempat populer dilakukan JK diakhir pemerintahannya bersama SBY kala itu masih kalah populer dengan strategi bantuan langsung tunai (BLT) andalan SBY.
Terlepas dari itu semua, di lima tahun kedepan, saya akan fokus untuk mengamati sepak terjang JK yang menurut saya akan jauh lebih menarik untuk diamanti ketimbang Jokowi yang terlanjur menjadi pusat perhatian masyarakat dan media akhir-akhir ini.
Di akhir tulisan ini, saya ingin kedua mata dan telinga saya menjadi saksi pemerintahan Jokowi-JK mampu memimpin Indonesia yang "adil" secara pembangunan. Â Karena jujur, sebagai anak Kaltim hingga saat ini saya masih cemburu dan tidak terima dengan ketimpangan pembangunan yang dilakukan enam presiden terdahulu.
Sukses Jokowi-JK !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H