[caption caption="Ilustrasi: alodokter.com"][/caption]
Seringnya muncul berita tentang keracunan makanan akhir-akhir ini membuat saya ingin menuliskan artikel sederhana ini (berita ada disini dan disini). Karena sebenarnya lebih banyak kejadian seperti ini yang tidak masuk liputan berita nasional, namun hanya masuk lingkup berita lokal daerah tersebut saja. Yang diberitakan biasanya hanya sebagian kecil atau yang bersifat massal, sementara yang kecil-kecil tidak terekspos sama sekali.
Saya juga yakin sebagian besar dari kita pernah mengalami yang namanya keracunan makanan, baik itu dalam kategori ringan maupun yang sampai kategori berat (opname di rumah sakit). Untuk yang ringan, gejala atau keluhan yang biasanya dirasakan adalah pusing, mual, dan sakit perut atau kadang disertai mencret. Sementara kalau sudah berat biasa mengakibatkan muntah-muntah hebat, diare terus menerus, demam dan bahkan sampai pingsan.
Keluhan tadi akan muncul beberapa jam setelah menyantap makanan ‘beracun’ tadi, baik itu setelah makan di warung ataukah di pesta. Biasanya lagi, keracunan makanan ini dapat kita peroleh akibat makan di tempat yang kurang terjaga higienitasnya. Ini mungkin seperti yang diistilahkan teman, kita makan di ‘warung 3M’ (Murah Meriah Mencret). Hhehe
Sebenarnya, untuk menilai layak tidaknya makanan dikonsumsi, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Pertama bau, makanan yang sudah basi mudah dikenali lewat aromanya yang tajam, begitupun dengan ikan yang sudah busuk, akan tercium bau amonia lantaran kandungan lemaknya sudah mulai rusak.
Kedua penampilan, pada makanan yang sudah ditumbuhi oleh jamur, akan tampak bintik berwarna putih dan abu-abu, misalnya pada keju, selai, roti, dan daging. Begitupun bakteri akan muncul pada makanan yang memiliki kadar air tinggi (lembab). Bila kadar airnya bertambah banyak, seperti pada pasta, keju, dan selai, lebih baik buang segera makanan tersebut. Bertambahnya air menjadi tanda bahwa bakteri telah tumbuh pada makanan tersebut. Selanjutnya untuk ikan, bila berubah warna menjadi coklat, kuning atau abu-abu, meski hanya di bagian ujungnya, buang segera.
Ketiga rasa, rasa juga bisa mengungkapkan arti ‘sehat’ dari sebuah makanan. Susu dan yogurt misalnya,akan terasa asam atau kecut ketika sudah terkontaminasi bakteri. Begitupun makanan yang basi rasanya pasti tidak enak.
Terlepas dari ketiga hal diatas, terkadang yang membuat kita sulit mengidentifikasi makanan yang berpotensi menyebabkan keracunan adalah karena aroma, penampilan dan rasa makanan tersebut tidak ada yang berubah, dengan kata lain semua normal. Hal inilah yang biasa terjadi pada keracunan massal pada acara pesta, sebab tidak ada yang menyadari bahwa makanan yang mereka konsumsi mengandung 'racun'.
Dan untuk mengidentifikasinya, bisa membutuhkan waktu yang cukup lama, karena semua makanan harus diperiksa satu persatu di laboratorium forensik.
Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita lakukan guna mencegah supaya tidak terjadi hal demikian (makanan tidak ‘beracun’). Berikut penjelasannya:
- Cuci tangan dengan benar sebelum menyiapkan makanan.
- Hindari menggunakan alat masak atau wadah untuk kelas makanan berbeda, seperti mengiris daging lalu mengiris tahu tanpa pisau dicuci terlebih dahulu.
- Masak daging, unggas, telur, sosis dan ikan sampai masak sempurna.
- Cuci tangan dengan baik setelah memegang hewan, atau sebelum memegang bahan makanan lain.
- Selalu perhatikan keterangan kadaluarsa pada makanan.
- Perhatikan tempat penyimpanan makanan setelah dimasak.
- Upayakan orang yang menderita penyakit menular tertentu tidak ikut dalam proses pengolahan makanan, karena dikhawatirkan bisa menkontaminasi makanan yang akan disajikan.
- Bila kita mengalami muntah dan diare, segera minum cairan pengganti yang cukup seperti air putih, oralit atau campuran air putih-gula 2 sendok teh-garam ½ sendok teh untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang.
- Minum tablet norit (karbon aktif) untuk menyerap racun di dalam saluran pencernaan yang diminum dengan air putih. Begitupun minum obat diare yang banyak dijual bebas itu juga diperbolehkan.
- Bila tidak ada tablet norit (karbon aktif), bisa mengkonsumsi susu untuk mengikat racun dalam saluran pencernaan dan merangsang penderita untuk muntah sehingga racun keluar dan tidak beredar dalam tubuh. Namun , jika kita mengalami mengalami diare, sebaiknya jangan minum susu.
- Selain itu, kita juga bisa minum air kelapa, atau teh campur madu. Ini sebaiknya kita minum sedikit demi sedikit, supaya tidak langsung dimuntahkan kembali.
- Bila kita hendak muntah, usahakan agar muntah dalam keadaan kepala menunduk agar cairan muntah tidak masuk ke dalam saluran pernapasan.
- Pada anak-anak, sebaiknya segera dibawa ke fasilitas kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera. Begitupun dengan kita orang dewasa, jika gejala tidak membaik dengan tindakan diatas segera bawa ke rumah sakit terdekat.
Itulah sekilas gambaran tentang keracunan makan yang banyak terjadi di masyarakat, semoga hal tersebut tidak terjadi lagi dan kita bisa menghindarinya.
Salam kompasiana
Â
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Foodborne_illness
http://www.alodokter.com/keracunan-makanan
http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/topik-utama/5-pertolongan-pertama-pada-keracunan-makanan
http://lifestyle.okezone.com/read/2012/02/09/304/572691/empat-tanda-makanan-tak-layak-konsumsi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H