[caption caption="Peringatan hari AIDS | kompas.com"][/caption]
Walaupun sudah lewat sehari momen puncak peringatan hari HIV/AIDS sedunia, yang dirayakan setiap tahun tanggal 1 Desember. Tapi tidak ada salahnya jika saya ingin ikut berpartisipasi dalam memperingati hari HIV/AIDS tersebut, salah satunya dengan tulisan sederhana ini.
Kampanye hari HIV/AIDS tahun ini mengambil tema ‘saatnya semua bertindak’, rasa-rasanya tema ini memang sangat tepat, jika menilik sepak terjang penyakit mengerikan ini. Menurut WHO penyakit ini merupakan salah satu epidemik paling menghancurkan dalam sejarah. Tak heran juga penyakit ini dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling ‘fenomenal’ di dunia kedokteran karena sampai sekarang belum ditemukan vaksin maupun obat yang mampu mengatasinya.
Saat ini, sudah ada jutaan orang di dunia yang mengidap HIV/AIDS, terutama generasi muda. Sementara itu, kita semua telah memahami bahwa masa depan suatu bangsa dan negara berada di pundak generasi mudanya. Apabila kita kalah atau gagal melawan, maka tunggulah kehancuran bangsa itu.
‘Perang’ terhadap HIV/AIDS sendiri telah dimulai sangat lama,sejak puluhan tahun yang lalu. Namun melihat perkembangan dan pertumbuhan jumlah kasusnya dari tahun ke tahun, maka tak salah jika dikatakan bahwa perang untuk memberantas penyakit ini masih akan terus berlangsung. Dan ini tidak boleh dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga seluruh elemen masyarakat harus ikut terlibat, terutama orang tua dalam mendidik dan memberikan pemahaman agama yang baik kepada anak-anaknya agar tidak terjerumus pergaulan bebas.
Salah satu mata rantai pesatnya penularan penyakit ini adalah hubungan ‘seks bebas’ dan narkoba yang sangat marak di kalangan masyarakat dewasa ini. Saya ingat pernah membaca sebuah artikel beberapa waktu yang lalu, ketika itu ada seorang warga Amerika meninggal dunia, dan setelah ketahuan bahwa dia ternyata pengidap HIV lantas semua mantan pacarnya langsung tes HIV. Tak tanggung-tanggung jumlah mantannya mencapai angka yang cukup wow gitu, ada 40 orang.
Walaupun kejadian ini terjadi di luar negeri, namun tak menutup kemungkinan akan terjadi pula di Indonesia. Kita bisa saksikan semakin banyak pemuda pemudi yang terjerumus dalam lembah gelap hubungan seks bebas. Saya berani mengatakan bahwa Indonesia sekarang ini sudah dalam kondisi ‘darurat free sex’. Sebagai gambaran bisa kita lihat pergaulan anak remaja di sekitar kita, gaya pacaran yagn sangat bebas sebebas-bebasnya. Bahkan seks telah dianggap ‘menu’ wajib oleh mereka dalam berpacaran. Bisa saja kan salah satu dari mereka adalah pengidap HIV yang siap menularkan virus ini kepada ‘lawan main’nya.
HIV/AIDS sendiri dapat menyerang semua golongan umur, namun prevalensi tertinggi menyerang usia produktif yakni antara 20-29 tahun. Saat ini tercatat jumlah kumulatif penderita HIV positif di Indonesia sebanyak 150.285 orang dengan 55.799 orang yang sudah dinyatakan sampai tahap AIDS. (data Kemenkes tahun 2014)
Berdasarkan data terakhir United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Indonesia menempati posisi keempat setelah Afrika Selatan, Cina, dan India dalam peringkat jumlah penderita HIV-AIDS di dunia. Menyusul, setelahnya Myanmar yang menduduki posisi kelima. (Republika)
Upaya untuk membebaskan bangsa dari cengkeraman HIV/AIDS menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh komponen Bangsa Indonesia.
Apa itu HIV/AIDS?
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini lah yang menyebabkan penyakit AIDS. AIDS sendiri merupakan singkatan dari Acquired immunodeficiency Syndromme adalah penyakit akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh sehingga mudah sekali penyakit-penyakit lain masuk dalam tubuh. Jadi yang menyebabkan kematian penderita HIV/AIDS justru penyakit lain yang masuk, akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh, bukan karena HIV/AIDS.
Bagaimana sih cara penularan penyakit ini?
Virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara diantaranya : hubungan seksual tidak aman, suntikan/tranfusi darah yang tercemar virus HIV, Alat tato/ alat penembus kulit yang tercemar virus HIV yang dipakai secara bergantian,penularan dari ibu kepada bayinya.
Sementara itu HIV tidak menular melalui hubungan sehari-hari asal tidak melakukan hubungn seksual. Begitu pula dengan menggunakan alat makan/minum bersama-sama, menggunakan toilet / kamar mandi bersama –sama, berciuman, berpelukan, bersalaman juga tidak menularkan. Gigitan nyamuk yang pernah menggigit penderita juga diyakini tidak menularkan penyakit ini, begitu pun berenang di kolam yang sama juga tidak akan menularkan. Maka jauhi penyakitnya, tetapi jangan orangnya. Prinsip ini sangat tepat tentunya. Mereka para penderita (ODHA) juga punya hak hidup dan bersosialisasi dalam masyarakat.
Cara mengetahui tertularnya gimana?
Untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau tidak, hanya tes darah untuk HIV yang mampu membuktikannya. Makanya,walaupun tampak sehat, mereka yang tertular HIV dapat menularkannya kepada orang lain. Orang yang mengidap HIV akan tampak sehat seperti orang lain yang tidak tertular. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun.
Sehingga untuk mengetahui harus dengan periksa darah di laboratorium. Deteksi dini sangat disarankan kepada orang yang beresiko tertular seperti pengguna narkoba (suntik), penjaja seks komersial, penganut ‘seks bebas’ atau orang yang sering berganti pasangan, homoseksual, bahkan saat ini setiap ibu hamil pun sudah disarankan untuk cek guna memutus mata rantai penularan ibu ke bayinya.
Apakah penyakit ini dapat diobati/dicegah?
Dengan diketahuinya seorang menderita HIV, maka kontrol dan pengobatan akan mudah dilakukan, meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan secara total, akan tetapi berdasarkan beberapa data, obat antivirus ini dapat memperpanjang hidup (umur) penderita. Apalagi jika pemberian obat dilakukan secara benar dan teratur. Pemberian obat anti virus ini merupakan salah satu program pemerintah dalam menanggulangi HIV/AIDS. Walaupun penyakit ini tidak bisa diobati, tetapi dapat dicegah dengan melakukan seks aman, hindari pergaulan bebas, setia pada satu pasangan, dan jauhi narkoba.
‘Lebih baik mencegah daripada mengobati’ sudah seharusnya pepatah ini kita terapkan dalam kehidupan, olehnya itu mari mulai hidup sehat dan jauhi pergaulan bebas demi meraih masa depan yang cemerlang.
Salam kompasiana
Â
Â
Sumber :
http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id&gg=1
https://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H