Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan sudah menghibur 700 juta lebih pasang mata. Hampir semua negara di dunia mengikuti kualifikasi, namun hanya 32 negara yang berhasil masuk babak putaran final. Babak pertama dibagi dalam 8 group masing-masing terdiri dari 4 negara, 3 pertandingan per group akan memilih 16 negara denagn nilai tertinggi. Kemudian dengan sistem knock out (gugur), 16 negara saling bertanding sehingga menjadi 8 negara, selanjutnya 4 negara masuk semifinal. Atas proses penyisihan group, 16 besar, 8 besar dan semifinal, akhirnya di final Spanyol berhasil mengalahkan Belanda dengan 1 : 0 melalui perpanjangan waktu.
Secara umum ada kegembiraan dan kesedihan dari negara-negara yang ikut serta putaran final. Negara besar dalam sepak bola seperti Italia, Inggris, Perancis Brasil, dan Argentina yang pernah merasakan sebagai Juara Dunia kecewa (baik pemain , penduduk maupun pemerhatinya) karena harus pulang lebih awal dari perkiraan. Italia dan Perancis harus pulang di babak penyisihan group karena tidak bisa mencapai juara atau runner up pada penyisihan di group.
Perancis di group A berada pada rangking 4 dengan nilai 1 setelah kalah dari Mexico 0 : 2 dan Afrika Selatan 1 : 2 serta seri dengan Uruguay tanpa goal. Kekompakan team dan konflik antara pemain dan pelatih diperkirakan sebagai salah satu penyebab ketidakberhasilan Perancis lolos dari babak penyisihan group ini.
Italia di Group F berada pada rangking 4 karena hanya mengumpulkan nilai 2, setelah seri dengan Paraguay 1 : 1 dan New Zealand 1 :1 serta kalah dari Slovakia 2 : 3. Perkiraan Italia tidak beruntung saja, padahal pada partai dengan Slovakia, pemain Italia sudah mati-matian berjuang, agaknya spirit juara bertahan 2006 ini tidak merasuk pada team Itali pada Piala Dunia 2010 seperti layaknya yang dimiliki Del Pierro dan Totti pada saat meraih Juara Piala Dunia 2006 lalu.
Justru prestasi ditorehkan kesebelasan dari Asia, Jepang dan Korea Selatan bisa lolos dari penyisihan group setelah kelolosan mereka pada saat menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia di tahun 2002. Korea Selatan di Group B mencapai nilai 4 berhasil membantai Greece dengan 2 : 0 dan menahan Nigeria 2 : 2 sebelum dibantai Argentina 1 : 4. Sedangkan Jepang di group E berhasil mencapai nilai 6 setelah membantai Kamerun 1 :0 dan Denmark 3 :1 serta dikalahkan Belanda 0 : 1.
Sedangkan pada babak 16 besar, Inggris tidak beruntung dikalahkan Jerman 1 : 4. Kekalahan tersebut berbau ketidakakuratan keputusan wasit atas gol Lampard dari Inggris yang tidak dianggap gol, meski atas siaran ulang jelas-jelas bola masuk ke gawang. Keputusan tersebut cukup mempengaruhi mental pemain Inggris menjadi frustasi dan akhrinya dibantai Jerman 4 : 1. Untuk hal ini Presiden FIFA Sepp Blatter sampai meminta maaf karena keputuasan wasit tersebut. Portugal juga dikalahkan Spanyol 0 : 1 , salah satu pemain terbaik dunia Cristiano Ronaldo bersedih karena harus pulang lebih cepat. Kegembiraan justru berpihak pada Ghana yang berhasil mengalahkan Amerika Serikat 2 : 1.
Pada babak 16 besar dikuasai benua Amerika dengan diwakili 7 negara dari Amerika (Brasil, Argentina, Chili, Uruguay, Paraguay, Amerika Serikat dan Meksiko) , 6 dari Eropa (Inggris, Belanda, Spanyol, Portugal Jermandan Slovakia ), 2 dari Asia (Jepang dan Korea Selatan), dan 1 dari Afrika (Ghana). Pada babak 8 besar masih dikuasai Amerika Latin yaitu diwakili 4 negara (Brasil, Argentina, Uruguay dan Paraguay), serta Eropa diwakili 3 negara (Belanda, Jerman dan Spanyol) dan satu dari Afrika yaitu Ghana.
Babak 8 besar terjadi kejutan-kejutan, diantaranya Argentina dibantai Jerman 4 :0 yang membuat Lionel Messi salah satu pemain terbaik dunia dan legenda Argentina pelatih Maradona sangat berduka. Brasil harus tertunduk lesu setelah dikalahkan Belanda 1 : 2, padahal Robinho telah unggul pada 10 menit pertama, namun dengan pancingan permainan keras dari Belanda membuat pemain-pemain Brasil terprovokasi dan tidak bermain tenang sehingga membalikkan keadaan menjadikan posisi akhir 2 : 1 untuk Belanda. Ghana hampir saja memenangkan pertandingan sebab pada perpanjangan waktu tendangan Asamoah Gyan ditangkap tangan Luiz Suarez di depan gawang. Luis Suarez akhirnya harus keluar karena mendapatkan kartu merah. Tendangan penalti yang dihadiahkan dan eksekusi yang dilakukan Gyan tidak juga membuahkan goal. Pertandingan yang diakhiri dengan adu penalti akhirnya mengantarkan Uruguay ke semifinal dan mengugurkan satu-satunya wakil di luar Eropa dan Amerika yaitu Ghana.
Semifinal akhirnya didominasi oleh Eropa dengan diwakili oleh 3 negara (Belanda, Jerman dan Spanyol) sedangkan Amerika hanya diwakili 1 negara (Uruguay). Hal ini berbanding terbalik yang pada 16 besar dan 8 besar yang mana pada babak tersebut negara-negara Amerika sangat menguasai. Partai semifinal merupakan partai yang seru sehubungan semifinalis merupakan negara yang sejak awal telah dijagokan kecuali Uruguay.
Akibat Luiz Suarez yang dikartu merah, tandem Diego Forlan salah satu pemain terbaik dunia, daya juang dan semangat bertanding pemain Uruguay tidak cukup untuk mengatasi Belanda dan Uruguay harus menerima kekalahan dengan posisi akhir 2 : 3. Pertandingan semifinalis lain antara Jerman dan Spanyol merupakan ulangan Piala Eropa 2008, Jerman harus mengakui keunggulan Spanyol dengan hasil akhir kalah 0 : 1.
Menurut saya, pertandingan terbaik dan menghibur adalah pertandingan perebutan Juara ke-3 antara Uruguay dan Jerman. Meski Uruguay kalah 2 : 3, namun daya juang, semangat pertanding, permainan yang indah antara kedua kesebelasan merupakan tontonan yang menarik untuk dilihat. Begitulah seharusnya pertandingan yang diharapkan oleh penonton. Pertandignan yang hidup dan dinamis serta penuh dengan spirit daya juang untuk saling berkompetensi secara sehat. Jerman menunjukkan keunggulannya atas kerapian persiapan dan strategi yang jeli dari Joachim ‘Jogi’ Low Sang Arsitek Pelatih . Jogi juga berhasil melakukan regenerasi pemain di Jerman dapat dilihat dari rata-rata pemain yang berumur 25 tahunan bahkan ada lebih dari 5 pemain di bawah umur 21 tahun. Namun demikian Uruguay dengan semangat “garra” (tetap berjuang sampai menit terkahir meski dalam tekanan) tetap patut diacungi jempol karena sejak penyisihan sampai akhir menunjukkan permainan indah sepak bola. Uruguay, negara Juara pertama Piala Dunai 1930 mulai diperhitungkan lagi jadi salah satu kesebelasan yang patut disegani meski penduduknya hanya 3 jutaan, setelah berhasil menjadi semifinalis. Bisa bertahan sampai semifinal adalah suatu prestasi tersendiri, pada saat negara besar sepak bola dari Amerika Latin lain (Brasil dan Argentian) telah gugur di babak sebelumnya .