- Uni Eropa 16.721 bio USD , 7,18 x ASEAN, 23,32% global
- Amerika Serikat, 16.244 bio USD, 6,98 x ASEAN, 22,66% global
- China 8.358 bio USD, 3,59 x ASEAN, 11,66% global
- Jepang 5.959 bio USD, 2,56x ASEAN, 8,31% Global
- Jerman  3.430 bio USD, 1,47x ASEAN, 4,78% Global
- Perancis 2.612 bio USD, 1,12 x ASEAN,3,64% Global
- Inggris  2.435 bio USD,1,05x ASEAN, 3,40% Global
- Brazil  2.252 bio USD, 0,97x ASEAN, 3,14% Global
- Rusia 2.022 bio USD, 0,87x ASEAN,2.82% Global
- Italia 2.013 bio USD, 0,86x ASEAN, 2,81% GLobal
- India 1.841 bio USD, 0,79x ASEAN, 2,57% Global
- Indonesia (16),  878 bio USD, 38% ASEAN, 1.22% Global
- Thailand (31),  365 bio USD, 16% ASEAN, 0.51% Global
- Malaysia (34),  303 bio USD, 13% ASEAN 0.42% Global
- Singapura (35)  274 bio USD, 12% ASEAN, 0.38% Global
- Philiphina (40)  250 bio USD, 11% ASEAN,  0.35% Global
- Vitenam (56)  155 bio USD, 7% ASEAN, 0.22% Global
- Myanmar 59 bio USD, 3% ASEAN, 0.08% Global
- Brunei (111)  16bio USD, 1% ASEAN, 0.02% Global
- Cambodia (118)  14 bio USD, 1% ASEAN,  0.02% Global
- Laos (135)  9 bio USD, 0%, 0.01% GLobal
Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Jepang memang peranan besar dalam hal GDP globa atau 65,95% dari Global, jika ditambah ASEAN menjadi 69,20% Global. ASEAN hanya sekitar 3,25% GDP Global lebih besar dari Indonesia yang hanya 1,22%, meskipun demikian Indonesia menguasai porsi 38% ASEAN.
GDP ASEAN sebesar Brasil, Inggris atau Perancis. Namun demikian masih lebih rendah dari TOP 5 GDP dunia yaitu Uni Eropa 7,18 x ASEAN, Amerika Serikat6,98 x ASEAN,  China 3,59 x ASEAN,  Jepang 2,56 x ASEAN, dan Jerman  1,47 x ASEAN.
Meskipun ASEAN hanya punya kekuatan perekonomian yang lebih kecil, namun pembebasan bea menjadi sekitar 0 -5% dengan kekecualian yang telah disepakati bersama demi kepentingan ASEAN atau masing-masing negara ASEAN akan meningkatkan perekonomian diantara negara ASEAN.
Sesudah AFTA dengan Pembiaran
Kondisi ini dalam kenyataannya cukup memberikan dampak yang baik  buat negara yang memiliki daya saing relatif lebih baik dari negara lain.
Dengan pembiaran dan tanpa persiapan yang matang, Indonesia akan dibanjiri produk dari negara ASEAN yang lebih kompetitif alias menjadi konsumen. Di sisi lain para wirausaha dan perusahaan Indonesia berjuang lebih kompetitif untuk bisa mengekspor ke negara lain  khusus di ASEAN karena bea masuk lebih kecil dari yang biasanya.
Tinggal kita akan menjadi negara yang bobot besarnya sebagai konsumen saja, sehingga barang dan jasa yang masuk ke Indonesia lebih banyak daripada barang dan jasa yang diekspor ke negara ASEAN tersebut. Atau kita menjadi netto produktif dari sisi barang dan jasa sehingga menjadikan surplus perdagangan kita di antara negara ASEAN.
Selain itu sehubungan perjanjian ini menyangkut jasa, untuk yang masuk ke skema AFTA tersebut dalam sisi SDM (Sumber Daya Manusia) , Â negara yang lebih kompetitif akan lebih memberikan nilai surplus relatif dibandingkan negara lain.
Jika dibiarkan AFTA 2015 bergulir begitu saja tanpa pemetaan, strategi dan solusi win-win diantara negara ASEAN, meski Indonesia sebesar 38% Â GDP ASEAN, Indonesia yang berpenduduk 249juta (40% ASEAN) akan menjadi pasar empuk negara-negara ASEAN.
Anda mau melihat kondisi Indonesia semacam hal tersebut ?