Mohon tunggu...
Abdul Karim Abraham
Abdul Karim Abraham Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anak Muda Bali yang BEBAS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Fakta Sejarah Makam Pahlawan di Desa Pejarakan Buleleng

13 Agustus 2016   15:57 Diperbarui: 13 Agustus 2016   17:24 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Makam Pahlawan di Desa Pejarakan (Foto Pribadi)

Setiap jengkal tanah di negeri ini merupakan hasil dari perjuangan. Membebaskan wilayah yang telah ratusan tahun terjajah merupakan hasil kerja keras yang terus berkesinambungan. Dari upaya-upaya perundingan politik dengan pendekatan halus, hingga pada sikap tegas dengan benturan fisik yang memakan banyak korban, dengan apa yang kemudian kita kenal sebagai Revolusi Fisik.

Para pejuang dalam korban revolusi fisik tentunya tidak semua dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan. Mereka yang gugur sebagian besar dimakamkan pada Taman Makam Pahlawan akan disebut sebagai Pahlawan. Namun, ada juga pejuang yang gugur dimakamkan pada desa-desa, yang keberadaannya seolah tidak diakui sebagai Pahlawan Kemerdekaan karena tidak berlokasi di Taman Makam Pahlawan.

Salah satunya keberadaan Dua Makam Pejuang Kemerdekaan yang dimakamkan di Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Makam yang terletak di Buleleng Barat ini, diragukan sebagian pihak terkait benar tidaknya bahwa yang dimakamkan adalah pejuang kemerdekaan. Oleh karena itu, Penulis mencoba untuk menelusuri dengan mengumpulkan berbagai informasi maupun data dan mengahasilkan fakta sebagai berikut :

Pertama, bahwa dua kuburan pada Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan dikatakan Makam Pahlawan diungkapkan oleh para sesepuh desa yang menyaksikan langsung proses penguburannya. Kesaksian tersebut terus diceritakan pada generasi selanjutnya dan kemudian menjadi keyakinan bersama di kalangan masyarakat Desa Pejarakan (utamanya Umat Muslim) bahwa hingga sekarang menyebutnya sebagai Makam Pahlawan.

Salah satu saksi sejarah yang juga veteran perang adalah Bapak Arsyad (Alm). Sebagaimana yang pernah ditulis MH Kamilun, bahwa Bapak Arsyad menceritakan jika dua jenazah tersebut dibawa dari perbukitan hutan yang gugur oleh serangan Belanda. Ia pun ingat dengan jelas, satu jenazah laki laki bernama Kasmidjan, yang satu Perempuan bernama Sumiati.

Kedua, untuk menelusuri siapa dua sosok tersebut, ternyata mendapat titik terang ketika ada kesamaan nama Kasmidjan yang diceritakan Alm. Arsyad, dengan nama-nama pejuang yang gugur pada Monumen Perjuangan Operasi Lintas Laut Jawa-Bali, yang berlokasi di Cekik Gilimanuk. Dari 290 nama pejuang yang gugur dalam prasasti, terdapat nama Kasmijdan yang merupakan bagian dari Pasukan M pimpinan Kapten Markadi.

Kapten Markadi merupakan pimpinan pasukan yang membawa misi membantu para pejuang di Bali untuk mengusir pasukan musuh Belanda. Bantuan pasukan dan senjata ini atas permintaan Letkol I Gusti Ngurah Rai yang menjadi pimpinan Tentara Keamanan Rakyat Sunda Kecil (TKR SK). Terbentuklah Pasukan M Pimpinan Kapten Markadi menyeberangi Selat Bali dengan membawa pasukan dan amunisi persenjataan. Untuk mengelabuhi musuh, pendaratan pasukan dibagi menjadi tigal lokasi, yakni pantai Celukanbawang, Candikusuma dan Yeh Kuning.

Ternyata pihak belanda telah mengetahui rencana tersebut dan terjadilah perang laut pertama bagi kesejarahan peperangan Republik Indonesia. Dibawah komando Kapten Markadi, peperangan yang sebenarnya tak seimbang tersebut, akhirnya Pasukan M dapat mengalahkan angkatan laut Belanda dengan berhasil menenggelamkan satu dari dua kapal perang musuh. Kejadian ini pecah pada 4 April 1946.

Setelah berhasil mengalahkan armada laut Belanda, pasukan yang terbagi menjadi tiga pendaratan, berkumpul di daerah Peh Desa Manistutu Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana pada tanggal 10 April 1946. Pasukan M kemudian bergabung dan berkoordinasi dengan basis Perjuangan Rakyat Bali di Jembrana untuk menyusun kekuatan. Sebagaimana misi awal, bahwa terbentuknya Pasukan M untuk membantu Perjuangan pasukan Resimen TKR SK dibawah Pimpinan Letkol I Gusti Ngurah Rai.

Ketiga, selama kurang lebih enam hari Pasukan M berada di Peh dengan sesekali membuat serangan-serangan terhadap Belanda, atas usul Lettu Gusti Ngurah Dwinda Pasukan M dipindahkan ke Desa Gelar Batuagung Jembrana dengan pertimbangan keamanan dan karena Desa Gelar secara lokasi lebih dekat dengan basis Perjuangan Pemuda Jembrana di kota Negara. Di tempat inilah kemudian menjadi markas dalam melakukan pembinaan teretorial dan strategi pertempuran pada pemuda Jembrana.

Karena informasi yang beredar bahwa Belanda terus mengejar Pasukan Pimpinan I Gusti Ngurah Rai yang berada di Munduk Malang Kabupaten Tabanan, Kapten Markadi membagi tugas pasukannya. Membentuk pasukan kecil dengan tentara pilihan yang langsung dipimpin Kapten Markadi dengan tugas tempur membantu I Gusti Ngurah Rai ke arah Timur Bali, sebagian dibentuk pasukan khusus untuk kembali ke Jawa guna mengambil persenjataan, dan pasukan lain tetap berada di Desa Gelar.

Kapten Markadi memerintahkan pasukan yang berada di Desa Gelar untuk terus melakukan serangan-serangan terhadap Tangsi Belanda di Kota Negara agar dapat mengecoh konsentrasi Belanda pada perlawanan di Bali Barat, sementara Perjuangan Rakyat Bali di Tengah dan Timur bisa terus berjalan. Beberapa hari kemudian, pihak musuh Belanda mengetahui basis perlawanan Pemuda Bali di Jembrana berada di Desa Gelar. Tak menunggu waktu lama, Desa Gelar digempur oleh Belanda melalui udara dan darat. Karena persenjataan pasukan yang minim dan untuk menghindari korban lebih banyak, akhirnya para pejuang ini memilih mundur ke perbukitan di sebelah utara hingga sampai di pantai Utara Bali.

Dalam pelarian ini, beberapa pasukan mengalami luka tembakan dan ada juga yang selamat dari peluru musuh. Mereka terus mencari pemukiman-pemukiman penduduk di sebelah utara perbukitan yang kini secara administratif berada di Kabupaten Buleleng sebelah Barat untuk mendapatkan pertolongan. Salah satu pejuang yang terluka inilah bernama Kasmijdan dan nyawanya tak tertolong sebelum sampai di pemukiman warga. Begitu juga Sumiati sang pejuang perempuan, yang menurut keterangan Bapak Arsyad, Sumiati ini salah satu dari sekian perempuan yang bertugas sebagai penyaji makanan selama perjuangan Pasukan M di Bali.

Atas informasi pasukan yang selamat, beberapa pemuda Desa Pejarakan menjemput kedua Jenazah tersebut di hutan perbukitan yang terletak diantara Desa Pejarakan dan Desa Sumberklampok. Bersama para pejuang yang selamat dan dibantu Pemuda Pejarakan, kedua Jenazah pejuang tersebut dimakamkan di Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan, yang keberadaannya hingga kini terus dihormati sebagai Pahlawan Kemerdekaan.

Keempat, setiap tanggal 17 Agustus Pemerintah Desa Pejarakan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat selalu mengadakan ritual Tabur Bunga di Makam Pahlawan tersebut. Tiba-tiba, atas inisiatif Pemerintah Desa, tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun tersebut ditiadakan pada momen Kemerdekaan 17 Agustus 2015. Tentunya hal ini menjadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat, kenapa Tabur Bunga dihilangkan dari tradisi setiap hari Proklamasi.

Dari informasi yang didapat dari salah satu staff Desa Pejarakan mengatakan bahwa alasan meniadakan Tabur Bunga karena Dua Jenazah Pahlawan tersebut sudah dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Singaraja. Dikonfirmasi tahun berapa dipindahkan, tak satupun perangkat Desa yang dapat menjawabnya.

Meragukan informasi yang tak beralasan tersebut, Penulispun menghubungi Bapak Muslimin salah satu Tokoh Masyarakat yang telah banyak berjuang memajukan pendidikan di Desa Pejarakan. Bapak Muslimin yang lahir pada tahun 1941 ini, kendati bukan sebagai pelaku dan saksi sejarah pada kedua Makam Pahlawan tersebut, ia masih ingat dengan jelas cerita-cerita para sesepuh terdahulu yang menjadi pelaku dan saksi sejarah. Ia mendapat informasi dari sesepuh Desa Pejarakan setidaknya dari dua orang, yaitu dari Pak Kasidi (Alm) dan Pak Matsuki/Maswiyah (Alm) bahwa memang benar dua makam tersebut adalah Makam Pahlawan yang tidak diragukan lagi. Apa yang diceritakan sama dengan kesaksian Pak Arsyad (Alm).

Atas dorongan sesepuh tersebut, pada tahun 1980an, Muslimin dibantu dengan H. Zainal Ansori (Alm) mengkoordinir dana swadaya masyarakat muslim Desa Pejarakan dalam melakukan renovasi makam dengan pemelesteran dan pemagaran. Dalam kesaksiannya, ia sama sekali tidak pernah melihat dan mendengar bahwa telah terjadi pemindahan jenazah. Karena pemindahan jenazah tak segampang memindahkan barang, pasti menghubungi tokoh masyarakat setempat, setidaknya takmir masjid harus mengetahui.  

Hal senada juga disampaikan H. Ach.Marzuqi selaku Ta’mir Masjid Uswatun Hasanah yang berdekatan dengan Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan. Baik saat ia menjadi Ta’mir dan Ta’mir sebelumnya, tidak pernah (Melihat/Mendengar) ada proses pemindahan terhadap dua Jenazah Pahlawan tersebut.

Dari uraian diatas, sudah jelas bahwa Dua Makam yang berada di Komplek Pemakaman Islam Desa Pejarakan merupakan Fakta Sejarah Kepahlawanan yang keberadaannya tidak diragukan lagi. Sebagai generasi yang hidup dari tetesan darah para pejuang terdahulu, tidak lain yang bisa dilakukan selain terus mendoakan agar para pejuang mendapat balasan surga di Sisi-Nya, dan yang terpenting juga kita bisa mengenangnya sebagi sebuah pelajaran sejarah, dimana komitmen perjuangan dalam hal apa saja, tidak bisa digoda oleh apapun, walau nyawa sebagai taruhannya.  

Selamat merayakan Hari Kemerdekaan!.

---

Penulis merupakan Ketua PAC Gerakan Pemuda Ansor Kecamatan Gerokgak Periode 2015-2018

Referensi;

  • Buku Kenangan Lintas Laut Jawa Bali 1946-1967, Samekto & H. Abdul Madjid,Tahun 2001
  • Bali Berjuang, Nyoman S. Pendit, Tahun 1979
  • Sisi Gelap Pulau Dewata, Geoffrey Robinson, Tahun 2006
  • Bertahan Ditengah Gelombang, MH Kamilun, Tahun 2004
  • Wayansuyasa-webblog.blogspot.com, diakses pada 1 Agustus 2016
  • Wawancara Dengan H. Ach. Marzuqi pada tanggal 10 Agustus 2016
  • Wawancara dengan Bapak Muslimin pada tanggal 12 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun