Pesepakbola bola bagi masyarakat Jerman secara umum dan fan sepak bola Jerman secara khusus, mereka memiliki 'hak' atas seorang pemain bola.
Saking tertekannya, dikatakan Mertesacker, saban sebelum melakoni laga ia selalu tegang bahkan mual. Secara sederhana Mertesacker tertekan secara mental.
"Perutku bergolak dan aku ingin muntah," jelasnya.
Dan beruntung, Mertesacker tak lantas melakukan bunuh diri.
Kendati begitu, sepak bola memiliki anomali tersendiri, bahkan bisa sebagai magis--bila tak berlebihan. Yakni, menyelamatkan seseorang dari tindakan bunuh diri.
Sebuah penelitian pada medio 1990an pernah dilakukan oleh peneliti asal Yunani, Patrick Dessyoris, dari lembaga riset Petridou dan Papadapoulus yang menemukan bahwa sepanjang pergelaran akbar turnamen sepak bola, baik Piala Eropa maupun Piala Dunia, mampu menekan angka kematian akibat bunuh diri.
Semakin unik, efek turnamen sepak bola dalam menekan angka bunuh diri justru paling banyak ditemukan di Jerman--negara kelahiran Per Merstesacker.
Di Jerman, pada kurung waktu Maret hingga Juni, angka kematian dengan bunuh diri cukup signifkan. Setidaknya ada 90 ribu orang yang tercatat dalam waktu enam tahun saja.
Namun jumlah tersebut menurun ketika turnamen Piala Eropa atau Piala Dunia diselenggarakan sebagaimana periode biasanya, yakni Juni hingga Juli.
Paling signifikan terlihat pada 1996. Di mana ketika Jerman menjadi juara Piala Eropa 1996.
Namun, sayangnya, penelitian lanjutan tersebut belum bisa penulis temukan. Misalnya, apakah angka bunuh diri tetap berlanjut tinggi ketika tak ada bulan-bulan sepak bola? Dan apakah fenomena itu masih berlangsung hingga kini?