Ini juga yang pernah ditemukan dari riset para psikolog Harvard University: Perempuan jauh lebih awas terhadap bahasa tubuh ketimbang laki-laki.
Para psikolog Harvard University meriset para laki-laki dan perempuan dengan metode sederhana.
Para laki-laki dan perempuan ini diminta untuk menonton sebuah film berdurasi pendek tanpa suara. Hanya menilai dari bahasa tubuh dalam adegan film tersebut sebelum kemudian diminta untuk menggambarkan jalannya cerita.
Hasilnya, laki-laki hanya mampu menebak dengan benar jalan cerita film dengan keakuratan 42 persen. Sedangkan perempuan, nilai keakuratannya mencapai 87 persen.
Dari riset ini menandakan perempuan memiliki kemampuan bawaan untuk menangkap dan mengartikan sinyal-sinyal nonlisan.
Secara biologis ini juga bisa diterangkan. Mengutip tulisan Allan dan Barbara Pease berjudul The Definitive Book of Body Language, pandainya kebanyakan perempuan dalam membaca bahasa tubuh tak lepas dari susunan otak yang mereka milki.
Perempuan memiliki 14-16 susunan otak yang berfungsi mengevaluasi perilaku orang lain. Sedangkan laki-laki hanya memiliki 4-6 susunan otak yang fungsi yang sama. Gimana, masih mau berbohong kepada perempuan?
Susunan otak ini jugalah yang membuat perempuan begitu mengerti apa yang disampaikan oleh bayi. Karenanya, sang ibu akan lebih paham akan rengekan anaknya ketimbang sang ayah.
Mungkin ini bisa menjawab mengapa teman saya itu, Wadon, masih tetap percaya terhadap Lanang meski dikatakan sudah menceritakan semuanya. Mungkin Wadon bisa membaca gelagat ada niatan selingkuh dari Lanang.
Dan, seperti saya katakan tadi, Lanang tak melakukan perselingkuhan, tapi ia memang ada niatan melakukan itu.
Saya menebak, ketidakpercayaan Wadon, tak lepas dari bahasa tubuh Lanang, yang selama interogasi itu menyilangkan tangannya di depan dada.