Di pinggir lapangan para pengisi bangku cadangan tampak tengah sibuk mengikat-ikat kain berlambang kebesaran negara Brasil di punggung. Wajah mereka tampak semringah. Mata mereka memancarkan kebahagiaan yang meletup-letup. Ledakan gembira pun meletus seiring dengan tiupan peluit akhir Pierluigi Colina dalam laga final Piala Dunia 2002 yang mempertemukan Brasil vs Jerman, 30 Juni 2002 silam.
69 ribu lebih penonton di Stadion Internasional Yokohama, Yokohama, Jepang, menitihkan air mata. Baik bagi para pendukung Jermanmaupun Brasil. Mereka tak kuasa menahan haru.
Lagu kebangsaan Brasil lirih terdengar dari mulut pendukung juga jajaran pemain dan pelatih. Maklum, empat tahun terlalu lama untuk mereka nanti momen ini---sebelumnya Brasil kandas di Paris pada Final Piala Dunia 1998.
Kepala setengah botak Luiz Felipe Scolari ramai diusap jajaran asisten pelatihnya. Para pemain seperti Rivaldo, Kleberson, Roberto Carlos, dan sang kapten Marcos Cafu lari tak jelas arah merayakan kegembiraan. Hanya Ronaldinho terlihat lebih kalem dengan senyumannya yang khas.
Ronaldo, lebih kegirangan lagi. Ia tampak lebih riang dari pemain lainnya. Orgasme terpancar dari wajahnya.
Di sisi lain, hasratnya untuk membuktikan kepada publik atas reputasinya sebagai penyerang paling produktif seantero bumi tersalurkan: berhasil membuat Oliver Kahn dua kali memungut bola di gawangnya sendiri---selanjutnya dibuktikan sebagai pencetak gol terbanyak dengan torehan delapan di ajang itu. Ia pun melunasi utangnya setelah apa yang terjadi di Final Piala Dunia 1998.
11 Juli 1998, ketika itu, mungkin menjadi malam yang tidak ingin dikenang Ronaldo. Malam itu ia terserang gejala aneh. Di kamar hotel ia meracau tak karuan. Badannya kejang-kejang. Roberto Carlos yang berada tak jauh berteriak sekencang-kencangnya minta tolong. Tim medis timnas Brasil memvonis Ronaldo tidak akan tampil.
Belakangan banyak menilai peristiwa itu adalah bagian dari konspirasi, yang menyudutkan timnas Brasil sendiri dan FIFA.
Kabarnya, Brasil 'menjual' pertandingan kepada FIFA dengan imbalan uang dan kemudahan meraih gelar di 2002.
12 Juli 1998, tepat pada pergeralaran pertandingan final, secara mengejutkan Ronaldo masuk ke dalam skuat utama. Rupanya, 1 jam sebelum final, ia dibawa ke klinik terdekat dan dinyatakan boleh bermain.
Namun ada juga yang mengatakan, tampilnya Ronaldo buah dari tekanan dari pihak sponsor, Nike, untuk memaksa memainkan Ronaldo agar menyaingi kompetitor mereka, Adidas, yang melekat di kaki Zinedine Zidane.