.
.
Tafsir Puisi:
Puisi ini menggambarkan berbagai perilaku dan makna yang terkait dengan mawar. Mari kita telaah beberapa aspek dari puisi ini:
-
Simbol mawar: Mawar sering kali digunakan sebagai simbol cinta, keindahan, dan perasaan. Dalam puisi ini, mawar mungkin melambangkan berbagai hal, seperti keinginan, kehilangan, atau bahkan kejahatan.
Mawar yang Melarikan Diri: Puisi menggambarkan bagaimana sebagian orang berusaha mengumpulkan ribuan mawar, tetapi /tanpa sadar mawar telah melarikan diri/ dari lubang yang mereka ciptakan. Ini bisa diartikan sebagai peringatan tentang ketidakmampuan kita untuk mengendalikan atau memahami sepenuhnya sesuatu, bahkan ketika tampak kita miliki.
Madu dan Air Tawar: Bagian yang menyebutkan bahwa /hingga lupa madu lebih manis dari pada air tawar/ menyoroti bagaimana kita seringkali tergoda oleh hal-hal yang tampak lebih menarik, meskipun sebenarnya tidak selalu lebih baik.
Kepala yang Dipetik: Gambaran memetik kepala mengacu pada tindakan yang drastis atau merusak. Ini sebagai metafora tentang keputusan yang diambil dengan gegabah dan tanpa pertimbangan.
Bocah dengan Mawar Pembunuh: Puisi berakhir dengan bocah yang menggenggam mawar dengan sangat erat hingga darah menetes. Ini bisa diartikan sebagai perpaduan antara keindahan dan bahaya, serta bagaimana kita seringkali terobsesi dengan sesuatu hingga mengorbankan diri kita sendiri.
Secara keseluruhan, puisi ini mengajak kita merenung tentang makna dan konsekuensi dari tindakan kita, serta kompleksitas simbolisme yang terkandung dalam mawar. Bahwasannya banyak sekali hal-hal kecil yang sering kita acuhkan, seperti pada puisiku sebelumnya. Dengan judul lomba memetik mawar, pemenangnya tiada lain ialah mawar itu sendiri. Sebab mawar akan selalu bersemi dalam keanggunannya, entah semua orang berpikir apa terhadapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H