o,
ini
cuma
setetes
rindu. jatuh
pelan membawa
ribuan angin desa dan
kokok ayam di subuh hari.
awan mengalir di langit membawa
kisah: seorang bocah dengan kakeknya
hidup bersama di gubuk tua melalui hari-
hari mereka mencangkul masa depan dan
menanam masa lalu. sekarang bocah itu
memanen dirinya dan menguburkan
kakeknya di tanah. setetes air
jatuh di matanya
dan...
jangan          Â
        gegabah         menganggap                   Â
              diriku         Â
                        sebuah                 benih                  Â
    kebahagiaan            yang                   Â
                                 akanÂ
                                                   tumbuh!
Tafsir Puisi:
Puisi ini menjelaskan tata cara berbahagia tanpa air mata:
Imaji: Puisi ini memadukan elemen alam, seperti angin desa, kokok ayam di subuh hari, dan awan yang mengalir di langit agar menciptakan suasana dan menggambarkan perasaan dengan indah.
Kisah Bocah dan Kakek: Puisi ini menggambarkan hubungan antara seorang bocah dan kakeknya yang hidup bersama di gubuk tua. /Mereka mencangkul masa depan dan menanam masa lalu. Namun, sekarang bocah itu memanen dirinya sendiri dan menguburkan kakeknya/. Bait ini bisa diartikan sebagai perjalanan hidup seseorang saat kehilangan orang tersayangnya.
Tipografi Berbentuk Air Mata: Air mata adalah simbol perasaan yang mendalam dan mungkin menggambarkan kesedihan atau kehilangan.
Pesan Akhir: Baris terakhir, /jangan gegabah menganggap diriku sebuah benih kebahagiaan yang akan tumbuh!/ ini bisa diartikan sebagai peringatan untuk tidak terlalu berharap pada masa depan ataupun mengabaikan momen sekarang.
Maka, cara menikmati hidup dengan bahagia ialah hanya dengan ikhlas. Semua hanyalah air yang hanya kembali ke tanah. Kita hanya manusia yang bisa mengikuti arus tersebut tanpa perlu merasa iri dengan sesama. Kita hanya butuh bahagia, sebab kita hamba Sang Mahabahagia.
Pernah tayang di website "ompiompi.com"