Imaji: Puisi ini memadukan elemen alam, seperti angin desa, kokok ayam di subuh hari, dan awan yang mengalir di langit agar menciptakan suasana dan menggambarkan perasaan dengan indah.
Kisah Bocah dan Kakek: Puisi ini menggambarkan hubungan antara seorang bocah dan kakeknya yang hidup bersama di gubuk tua. /Mereka mencangkul masa depan dan menanam masa lalu. Namun, sekarang bocah itu memanen dirinya sendiri dan menguburkan kakeknya/. Bait ini bisa diartikan sebagai perjalanan hidup seseorang saat kehilangan orang tersayangnya.
Tipografi Berbentuk Air Mata: Air mata adalah simbol perasaan yang mendalam dan mungkin menggambarkan kesedihan atau kehilangan.
Pesan Akhir: Baris terakhir, /jangan gegabah menganggap diriku sebuah benih kebahagiaan yang akan tumbuh!/ ini bisa diartikan sebagai peringatan untuk tidak terlalu berharap pada masa depan ataupun mengabaikan momen sekarang.
Maka, cara menikmati hidup dengan bahagia ialah hanya dengan ikhlas. Semua hanyalah air yang hanya kembali ke tanah. Kita hanya manusia yang bisa mengikuti arus tersebut tanpa perlu merasa iri dengan sesama. Kita hanya butuh bahagia, sebab kita hamba Sang Mahabahagia.
Pernah tayang di website "ompiompi.com"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H