Biasalah. Kapan lagi kita punya banyak teman yang berasal dari berbagai kota, kapan lagi kita bisa setabah ini nanti ketika dewasa, kapan lagi kita bisa menikmati kehidupan seperti ini, kalau bukan di pondok?
"Namanya juga tirakat."
Kehidupan santri pasti terbilang monoton dari awal. Tapi yakinlah, kalau suatu saat, santri yang yakin kalau proses belajar itu tidak sekadar pelajaran sekolah, tapi juga kehidupan, kita pasti mendapatkan pengalaman yang sangat berharga.
Pesan untuk para orang tua yang sedang memondokkan anaknya, jangan biarkan si anak sering pulang rumah untuk dimanja---sering sambang sih, gakpapa---agar si anak bisa menyelesaikan masalahnya pribadi.
Seperti orang tua, kebahagiaan santri didapat setelah terbiasa dalam menghadapi masalah. Jika semua problem dapat dihadapi secara mandiri, insyaallah, mondok tidak akan rugi atau sia-sia. Santri akan kebal terhadap beragam rintangan, sehingga ketika dewasa, si anak akan menghadapi masalahnya dengan tanggapan, "Halah, dulu waktu mondok bahkan lebih parah dari ini!" Dan itu pasti!
Sang anak, dengan panjatan doa dari guru dan orang tua, Allah Swt., dengan mudah menjadikan hidupnya lebih sejahtera di dunia dan akhirat kelak. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H