Mohon tunggu...
Ibnu Rusydy
Ibnu Rusydy Mohon Tunggu... -

Berbagi info seputar dunia kebencanaan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Waspada Bencana Setiap Musim Penghujan

8 Januari 2013   05:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara geografis Indonesia berada di kawasan khatulistiwa dan secara otomatis Negara kita beriklim tropis. Dalam kondisi ideal, dalam setahun kita mendapat musim penghujan selama 6 (enam) bulan dan merupakan nikmat yang luar biasa yang Allah berikan kepada kita rakyat Indonesia. Kadang kala nikmat yang luar biasa ini apabila terlibat campur tangan manusia di dalamnya biasa akan menjadi malapetaka. Selama musim penghujan yang biasanya dimulai pada bulan November sampai dengan April, banyak terjadi bencana hidrologi yang disebabkan oleh tingginya curah hujan, salah satunya adalah Tanah Longsor, Debris Flow (banjir bandang) dan banjir. Secara definisi Tanah Longsor merupakan gerakan perpindahan bahan-bahan pembentuk lereng berupa tanah, batu, Lumpur, bahan rombahkan lainnya karena berkurangnya kemantapan/daya dukung lereng. Salah satu factor yang dapat mengurangkan kemantapan lereng adalah masuknya air hujan dalam jumlah yang besar ke dalam lereng melalui rekahan-rekahan. Jumlah air yang banyak di dalam suatu lereng akan dapat menambah beban lereng, mengurangi kohesi tanah karena pore water pressure dan apabila air hujan yang masuk ini berjumpa dengan lapisan tanah yang kedap air (impermeable) maka lapisan kedap air ini akan jadi bidang gelincir terjadinya tanah longsor

Selain dipicu oleh air hujan, tanah longsor juga dapat dipicu oleh gempa bumi. Gempa yang kerap terjadi di Aceh dikarena kita berada di zona subdukti antara lempeng Indo-Australia dengan Aurasia belum lagi kita juga memiliki sesar Sumatra yang masih aktif bergerak sekitar 4 cm/tahun (Bennett JD, 1981). Gempa bumi yang kerap terjadi ini bisa menganggu kestabilan sebuah lereng belum lagi kondisi tanah hasil pelapukan batuan di kawasan tropis sangatlah tebal sehingga mudah untuk terjadinya longsor. Namun apabila bentuk lereng tidak curam dan banyak perpohonan pada sebuah lereng, maka kemungkinan terjadinya longsor bisa dikurangin.

Dalam Buku Tinjauan Tahunan Bencana Aceh 2010 yang dikeluarkan oleh TDMRC, dijelaskan bahwa selama tahun 2010 telah terjadi berbagai macam bencana di Aceh dan salah satunya  adalah longsor dan banjir, cuma bencana longsor dan banjir saja yang memakan korban. Tahun 2010 telah terjadi longsor di Aceh Selatan, Subulussalam dan Aceh Tengah dengan total korban meninggal dunia sebanyak 8 orang dan bencana banjir dengan korban meninggal dunia sebanyak 3 orang.  Belajar dari pengalaman tahun lalu, sudah sepantasnya kita waspada terhadap bencana longsor dan banjir ini. Dalam mengkategorikan bencana, kita bisa membagikan bencana dalam dua kategori. Kategori yang pertama adalah bencana dengan Magnitut (M) besar dan Frekwensi (F) rendah contohnya Tsunami dan Super Erupsi Gunungapi. Kategori yang kedua adalah bencana dengan Magnitut Kecil (M) namun Frekwesi (F) tinggi contohnya, longsor, banjir, angin puting beliung, debris flow dan lain-lain. Dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana rasanya para peneliti kita harus fokus melakukan penelitian pada bencana-bencana dengan M rendah namun kejadiannya dalam 1 tahun (F) sering. karena bencana dengan M kecil yang berarti kekuatan bencana tersebut kecil namun apabila bencana tersebut sering terjadi tentu saja akan banyak memakan korban apabila dijumlah secara keseluruhan.

Untuk meningkatkan kewaspadaan kita bersama, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu gejala-gejala akan terjadinya sebuah bencana. Memahami sebuah bencana, mengenal dengan benar tanda-tanda akan terjadi sebuah bencana tentu akan dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh sebuah bencana. Beberapa gejala akan terjadinya longsor diantaranya; munculnya retakan-retakan di lereng, biasanya terjadi setelah hujan deras yang berturut-turut dalam waktu lama, munculnya rembesan atau mata air baru di lereng, serta tanah atau batu mulai berjatuhan dari lereng. Tanda-tanda tanah longsor ini akan bisa jadi panduan bagi masyarakat untuk mengetahui kapan terjadinya longsor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun