"Matinya Raja-raja di Pendidikan"
"Tulisan Ini Sebagai Stimulus Akan Timpangnya pendidikan Indonesia Timur"
Dinas Pendidikan seharusnya menjadi ujung tompak dari kemajuan pendidikan di lingkup kabupaten. Sangat disayangkan ketika dinas pendidikan hanya berperan sebagai penonton. Memainkan peran sebagai penonton layaknya sebuah peran yang baik dalam menggaruk tameng kekuasaan. Berdiri layaknya penguasa, berbicara layaknya dewa, berharap layaknya samudra namun sayang jika hanya berperan sebagai penonton.
Sangat memalukan jika pemegang kebijakan hanya bisa sebagai penonton, kapasitas yang ia miliki hanyalah sebatas isapan jempol belaka. Berharap menjadi pionir atas problematika yang ada namun berujung menjadi pembunuh semangat peserta didik.
Selalu menghadirkan kebijakan-kebijakan yang menggiurkan namun kontrol dari kebijakan tersebut hanyalah sebatas formalitas. Teriakan-teriakan anak negeri rasanya tak sampai pada pemegang kekuasaan, antara tak sampai dan tuli merupakan alternatif terbaik demi mengurangi keluh kesah rakyat.
Berteriaknya bukanlah atas dasar aku tetapi atas dasar mereka yang kini ditelantarkan oleh pemegang kekuasaan. Segelintir penguasa yang mendiami persoalan ini menjadikan pemerintah sebagai sasaran empuk untuk di hujani hujatan.
Menjawab teriakan akan pentingnya pendidikan papua seharusnya diimbangi juga dengan perhatian akan jalannya roda Pendidikan itu sendiri. Rodanya telah mulus dan lurus namun pengemudinya kadang tersesat dalam semak belukar alam Papua.
Matinya raja-raja pendidikan semakin menghambat majunya pendidikan Indonesia bagian timur, hilangnya perhatian layaknya butanya mata dan tulinya telinga. Berharap rodanya selalu lurus namun membiarkan roda tersebut bebas keluar masuk relnya. Hanya mimpi jika perubahan tersebut terjadi jika pembiaran selalu di maklumi.
Salam Rindu Untuk Raja-raja Pendidikan Papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H