Mohon tunggu...
Muh. Ibnu Ramadhan
Muh. Ibnu Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - Indonesia

Literasi Hebat Untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Cerita untuk Presiden Republik Indonesia (Bagian 1)

4 Februari 2016   10:31 Diperbarui: 15 Juni 2016   12:46 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber Foto: antaranews.com"][/caption]JAKARTA, Kompasiana.com - Pada hakekatnya hidup itu adalah hak bagi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Disisi lainya mereka juga punya kewajiban dalam menjalini hidupnya.

Setiap makhluk punya hak dan kewajibannya. Pada konteks ini kita berbicara mengenai mahluk sosial (Manusia).

Pasti setiap manusia menginginkan haknya bukan? Ketika melihat permasalahan yang terjadi di negeri tercinta kita ini kadang kita merasa kasihan dan melihat mirisnya negeri ini.

Kenyataannya adalah masih ada orang diluar sana yang belum bisa sampai sekarang menerima hak hidupnya bahkan kemerdekaan sosial mereka.

Melihat situasi tersebut, masih banyak orang yang belum mendapatkan apa yang seharusnya jadi milik mereka. Dimulai dari permasalahan Pendidikan, kesehatan, ekonomi, HAM, kekerasan Anak, fasilitas-fasilitas umum, sosial, lingkungan, bahkan masalah hidup yang masih persoalan, serta masalah-masalah lainnya.

Alangkah mirisnya 70 tahun negeri sudah merdeka namun masih banyak orang dari ujung hingga pelosok negeri belum merdeka atas hak-haknya.

Dimanakah pemerintahan kita? Apa kabar dengan janji-janji anda? Masih ingatkah anda ataukah benar-benar lupa atau pura-pura tidak ingat?

Kemerdekaan adalah hak semua orang dan untuk kepentingan publik bukan kepentingan antar golongan, oknum-oknum dan pribadi.

Beberapa contoh kasus kecil adalah masih ada anak-anak bangsa belum bersekolah seperti halnya anak-anak lainnya. Kemudian saudara-saudara kita yang berada di perbatasan yang belum merasakan kemerdekaannya mulai dari fasilitas-fasilitas yang minim serta jalur transportasi yang memprihatinkan.

Kemudian orang yang ingin berobat di rumah sakit malah di abaikan karena masalah biaya, karena ia miskin dan tidak sanggup membayar biaya kesehatan rumah sakit. Meskipun sudah ada program kesehatan gratis. Efektifkah? Atau malah dipersulit? Begtupun di aspek pendidikan dan lain-lain.

Pemimpin bangsa adalah pemimpin negeri untuk mensejahterahkan rakyatnya dan memakmurkan rakyatnya, akan tetapi hal itu masih jauh kita rasakan. Bisa juga kita lihat masih banyak masyarakat kecil disana yang tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

"Dengarkanlah aspirasi kami, untuk bapak presiden Republik Indonesia tercinta. Kami senantiasa menunggu dan bersabar akan perubahan yang bapak mulai bangun dan  wujudkan dari sekarang"......

"Kami memohon kepada bapak untuk senantiasa mendengarkan aspirasi kami, semoga harapan-harapan dan cita-cita rakyat Indonesia mulai bisa terwujudkan satu demi satu untuk kesejahteraan rakyat Indonesia....".

Sepenggal cerita untuk bapak Presiden Republik tercinta ini, INDONESIA.

Bhineka Tunggal Ika'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun