Mohon tunggu...
Ibnu Raga
Ibnu Raga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Diponegoro yang sedang menempuh perkuliahan semester akhir program studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengesankan! Mahasiswa KKN Undip Tingkatkan Pemahaman Kultur Desa Widodaren Melalui Booklet Sejarah

15 Agustus 2023   17:31 Diperbarui: 15 Agustus 2023   17:37 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi - Penyerahan Simbolis Booklet Ragam Budaya Desa Widodaren oleh Mahasiswa kepada Wakil Kepala SMPN 6 Petarukan

Foto: Dokumentasi pribadi - Penyerahan Simbolis Buku Ragam Budaya kepada Perangkat Desa.
Foto: Dokumentasi pribadi - Penyerahan Simbolis Buku Ragam Budaya kepada Perangkat Desa.

Pemalang, 12 Agustus 2023. Belum banyak desa di Indonesia yang mempunyai sistem administrasi dan identitas profil desa secara baik terintegrasi dengan teknologi digital yang dapat diakses oleh siapapun. Kebanyakan desa memang sudah memiliki laman profil yang terintegrasi dengan baik. Namun tidak dengan isi kontennya. Salah satu yang luput dari perhatian dan kepengurusan oleh sumber daya manusia di lingkup desa adalah mengenai profil sejarah dan kekayaan warisan budaya desa. 

Desa Widodaren, sebuah desa yang terletak di kawasan Pantai utara Jawa Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang juga mengalami kondisi yang sama. Melalui keberadaan Ibnu Hanifan Raga sebagai mahasiswa KKN Universitas Diponegoro program studi Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya yang melaksanakan kerja nyata di Desa Widodaren Pemalang, diharapkan usulan program mengenai pembuatan buku ragam budaya desa dengan turut mewariskan konten dari buku tersebut untuk diunggah ke website desa. 

Penyusunan buku dimulai dengan melakukan penelitian lapangan dengan memanfaatkan keberadaan informan yang terdapat di Desa Widodaren. Terhitung sejak 18 hingga 27 Juli 2023, kegiatan wawancara dan pencarian data yang diperlukan untuk menyusun buku ragam budaya desa sudah terlaksana. Termasuk pertemuan dengan budayawan desa, seorang dosen fakultas sastra dan Bahasa daerah, juga dua kali menghadiri kegiatan tasyakuran panen raya sebagai wujud folklor sebagian lisan yang masih rutin diselenggarakan oleh warga desa. Utamanya oleh paguyuban petani yang tergabung dalam kelompok tani di tiap-tiap dusun. 

Langkah lanjutan, dirampungkan dengan pengalihaksaraan rekaman kedalam transkrip wawancara lalu dituliskan ke dalam file khusus. Dengan begitu mahasiswa telah melakukan kolaborasi pada rangkaian program monodisiplinnya dengan melakukan survei, penelitian dan pengumpulan data sumber, dan penyusunan buku dengan racikan desain orisinil. Sehingga per 12 Agustus 2023 bentuk fisik buku telah siap untuk disebar dan perbanyak. 

Foto: Dokumentasi pribadi - Penyerahan Simbolis Booklet Ragam Budaya Desa Widodaren oleh Mahasiswa kepada Wakil Kepala SMPN 6 Petarukan
Foto: Dokumentasi pribadi - Penyerahan Simbolis Booklet Ragam Budaya Desa Widodaren oleh Mahasiswa kepada Wakil Kepala SMPN 6 Petarukan

Menindaklanjuti penyusunan buku tersebut, mahasiswa telah mengedepankan langkah dalam upaya kerja nyatanya sebagai pengabdian kepada desa yang menelisik seluk beluk profil dan keragaman unsur budaya yang terdapat dalam desa Widodaren. Dalam kegiatan yang dilakukan bahkan mahasiswa menemui banyak informasi dan wawasan yang berharga perihal unsur filosofis kesenian dan peradaban Jawa yang didapat dari hasil wawancara dengan budayawan desa. Keagungan nilai kebudayaan yang digaungkan sejak masa lalu juga yang ingin kembali diangkat pada penuturan hasil wawancara dengan budayawan desa. 

Foto: Dokumentasi pribadi - Wawancara dengan Pak Turahno, Budayawan dukuh Seri Desa Widodaren pada 18 Juli 2023
Foto: Dokumentasi pribadi - Wawancara dengan Pak Turahno, Budayawan dukuh Seri Desa Widodaren pada 18 Juli 2023

Berdasarkan tuturan Pak Turahno, budayawan dukuh Seri desa Widodaren mengenai lakon dalang yang selama ini ia mainkan, "Saya dalam berdalang tidak sifat lokal disini, bukan dalam lingkup desa Widodaren. Karena memang budaya wayang atau dalang saya mengacu pada yang umum seperti versi yang mainkan peran di panggung itu versi Jawa Solo, atau Jogja." Dengan begitu budaya yang umum dalam pewayangan di desa Widodaren juga megikuti budaya Jawa basic yang acuannya keraton. Beliau juga menyampaikan bahwa sebetulnya usahanya dalam menghidupkan seni budaya desa sudah mendapat lampu hijau dari kepala desa. 

"Secara pribadi saya masih sering keluar, ada penampilan karawitan. Bahkan saya senang malah ada anak-anak muda yang mau nyemplung ke budayanya sendiri yaa seperti karawitan. Dan pak Lurah juga dari awalnya selalu mendukung usulan soal program-program kesenian dari saya", ujarnya. 

Lebih lanjut menyoroti kendala menipisnya kesadaran akan budaya pada masyarakat desa, mahasiswa mengutip ucapan dari Pak Turahno perihal seni dan budaya karawitan ataupun peradaban orang-orang Jawa yang dapat diaplikasikan pada media pewayangan. Menurut tuturannya, "Budaya pewayangan, ini sebagai apa? Karena sebagai acuan budaya adiluhung ini sudah dikemas dalam seni pagelaran pewayangan banyak bercerita tentang kehidupan." Beliau melanjutkan, "manakala, anak-anak muda tahu tentang alur cerita wayang, hakikat wayang, filosofi wayang ini saya kira bangsa kita akan nyaman. Betul-betul menjadi bangsa yang Pancasilais. Selalu mendudukkan orang lain diatas dirinya sendiri." 

Pak Turahno mendedikasikan kehidupan seni karawitan, berdalang, dan mempelajari budaya Jawa dengan memperhatikan unsur filosofis pada budaya Jawa yang dapat ditemui melalui karakteristik orang-orang Jawa yang luhur peradabannya di masa lalu dan masih dipertahankan. Beliau betul-betul memberikan contoh yang baik kepada pemuda sekitar, dengan langsung terjun menggeluti kesenian daerah dan memberi ilmu yang bermanfaat bagi mahasiswa KKN yang berkontribusi nyata dalam penyusunan buku ragam budaya desa. 

Dukungan yang selalu diberikan oleh pihak perangkat desa melalui Kepala Desa perihal kemajuan budaya desa dan pengaktifan pertunjukkan kesenian di lingkungan desa Widodaren sangat berarti bagi kemajuan aspek budaya yang diusung oleh segelintir pihak. Keberadaan mahasiswa KKN program studi Sejarah, Fakultas Ilmu budaya yang turut mengambil kesempatan dengan memanfaatkan ragam budaya desa untuk dijadikan buku merupakan bentuk penghormatan akan kebudayaan sekaligus branding nama desa Widodaren sehingga lebih dikenal akan luhurnya kearifan lokal dan perhatian yang penuh akan warisan budaya daerah. Dengan demikian, program yang dijalankan oleh mahasiswa tidak hanya sebatas pemenuhan kewajiban, namun juga merupakan hasil kerja nyata berwujud warisan buku ragam budaya desa yang berisi tradisi lisan, folklor, dan warisan budaya yang patut dilanjutkan peranannya dikemudian hari. 

Penulis: Ibnu Hanifan Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun