Sebelum mengeksplor argumen tentang pola asuh otoriter kita harus mengetahui beberapa definisi yang dikemukakan para ahli dan pandangan islam terkait apa itu pola asuh otoriter. Menurut Santrock pola asuh otoriter, yaitu pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman (kekerasan) dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua dengan pola asuh otoriter memegang kendali penuh dalam mengontrol anak-anaknya.Â
  Pendapat Hurlock (1980) menjelaskan bahwa penerapan pola asuh otoriter sebagai disiplin orang tua secara otoriter yang bersifat disiplin tradisional. Dalam disiplin yang otoriter orang tua menetapkan peratura-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut. 4Â
Dalam pandangan islam pola asuh otoriter merupakan pola asuh tidak menghargai pendapat, kecenderungan, kebutuhan anak, dan mencegah mereka untuk mengekspresikan keinginan dan ide mereka dan tidak memberi mereka ruang untuk inisiatif pribadi, melainkan hal ini dipaksakan oleh kehendak orang tua dan tidak ada yang lain Salah satu bahaya dari jenis pengasuhan ini adalah tidak mengakui otonomi anak.Â
Hal ini menyebabkan kurangnya rasa percaya diri. Inilah yang dialami oleh banyak orang yang tumbuh dewasa dalam rasa malu. Sedangkan Argumen tentang Efektivitas Pola Asuh Otoriter sangat berbalik dengan pola asuh kasih sayang, pendekatan pola asuh otoriter juga memiliki argumen yang kuat dalam konteks pendidikan anak.Â
Beberapa orang berpendapat bahwa pola asuh yang tegas, disiplin, dan otoriter dapat membantu anak memahami batasan, tanggung jawab, dan kedisiplinan. Dengan aturan yang jelas dan konsekuensi yang tegas, anak dapat belajar menghormati otoritas, mengembangkan kemandirian, dan memahami pentingnya aturan dalam kehidupan. Apalagi jika anak dipaksa melakukan sesuatu yang hukumnya wajib misalnya mengerjakan sholat, ibadah dan taat kepada orang tua maka akan berdampak positif terhadap moral.
  Tetapi kita harus bisa menemukan titik keselerasan dua pola asuh tesebut agar lebih efektif dalam mendidik kepribadian anak yang kuat. Kita bisa menemukan keselarasan antara kasih sayang dan disiplin dengan memberikan kasih saying secara bijaksana dapat disertai dengan batasan yang jelas dan konsekuensi yang adil. Dengan demikian, anak dapat merasakan cinta dan perhatian, sambil belajar menghormati aturan, bertanggung jawab, dan mengembangkan kemandirian Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H