Perkembangan teknologi menuju serba digital saat ini semakin pesat, dapat dilihat dari banyaknya penemuan-penemuan baru tentang teknologi. Di era digital saat ini, masyarakat pada umumnya telah mengadopsi gaya hidup baru dimana tidak bisa dipisahkan dari sebuah alat yang bernama elektronik.
Burhan Bungin mengatakan keberadaan internet yang berkembang baru-baru ini tidak hanya menjadikan teknologi mampu mentransmisikan berbagai informasi, namun mampu menciptakan dunia baru dalam realitas kehidupan manusia, yaitu sebuah realitas materialitis yang tercipta dalam dunia maya (Bungin, 2006).
Melihat fenomena sekarang, koran saat ini semakin jarang dibaca, Dimana koran sudah mulai ditinggalkan akibat perkembangan teknologi informasi. Media lama akhirnya mulai ditinggalkan, terutama media cetak seperti koran dan majalah. Untuk dapat terus bersaing sebagai sumber informasi massa, media cetak pun juga melakukan inovasi melalui konvergensi.
Dalam Jurnalnya, Anton Wahyu Prihartono menjelaskan bahwa Konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Kehadiran internet mendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio streaming, media sosial, yang digabungkan dengan media lainnya (Resmadi & Yuliar, 2014).
Selain itu, Terry Flew dalam An Introduction to New Media menyatakan konvergensi media merupakan hasil dari irisan tiga unsur new media yaitu jaringan komunikasi, teknologi informasi, dan konten media. Konvergensi media mengusung pada konsep penyatuan berbagai layanan informasi dalam satu piranti informasi membuat satu gebrakan digitalisasi yang tidak bisa dibendung lagi arus informasinya.Â
Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (Khumairoh, 2021).
Melihat konvergensi koran ke media digital sekarang, makin banyak masyarakat meninggalkan koran untuk kebutuhan informasi. Survey Nielsen Consumer Media View yang dilakukan di 11 kota di Indonesia, penetrasi Televisi masih memimpin dengan 96 persen disusul dengan Media Luar Ruang (53%), Internet (44%), Radio (37%), Koran (7%), Tabloid dan Majalah (3%). Keberadaan internet sebagai media dengan tingkat penetrasi yang cukup tinggi menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia semakin gemar mengakses berbagai konten melalui media digital (RO-Micom, 2017).
Media yang telah terkonvergen bukan saja berpengaruh pada perkembangan teknologinya saja namun juga berpengaruh terhadap besarnya kepentingan ekonomi politik dalam penerapan konvergensi. Hal ini menimbulkan masalah serius mengingat media dan teknologi kini telah menjadi kebutuhan pokok (primary need) masyarakat modern (Khadziq, 2016).
Transformasi menuju konvergensi media menjadi sebuah keharusan agar sebuah media cetak tetap dapat bertahan hidup. Pemilihan model transformasi media secara tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi media cetak ikut menentukan tercapainya konvergensi media (Khadziq, 2016).
Melihat tren pembaca surat kabar di atas, terbukalah rahasia mengapa oplah surat kabar dalam satu dekade ini stagnan dan cenderung merosot tajam. Pola konsumsi media menjadi alasan selain faktor ekonomi. Namun jika dilihat dari tiras media cetak, penurunan oplah media cetak di Indonesia tidak tercermin.Â
Di Indonesia yang terjadi adalah bahwa tiras media cetak tahun 2011 justru meningkat dari 21,93 juta eksemplar menjadi 25,28 juta eksemplar atau meningkat 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Justru ancaman lain yang membayangi industri surat kabar adalah rivalitas untuk mendapatkan kue iklan semakin ketat seiring dengan bertambahnya jumlah media dan semakin besarnya anggaran promosi para produsen. Pangsa pasar iklan masih dikuasai oleh televisi sebesar 62 persen, surat kabar 35 persen dan 3 persen majalah dan tabloid (Khadziq, 2016).