Dibawah naungan aksara yang terbaca..
Lembar demi lembar terbuka..
Dengan fikiran yang melayang melampaui angkasa..
Ku mencari.. Apakah namamu ada disana..
Lalu ku terdiam..
Berhenti membalik..
Tidak ada namamu disana..
Aku lupa...
Bahwa namamu selalu kubawa..
Namamu..
Bahkan menjadi aksara yang melahirkan ribuan kata..
Namamu..
Menjadi puisi yang tak pernah berhenti..
Maaf jika aku lancang menulis namamu..
Menjadikan ia aksara tak bermakna..
Maaf jika aku tak sopan menelaah namamu..
Menjadikan puisi yang tak berarti..
Maaf. . . .
Maaf. . . .
Maafkan aku. . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H