Melangkah pulang goyah..
Diperantauan kami susah..
Tiada ibu, jauh dari ayah..
Pula sekarang zaman payah..
Sebagian kami putus tekad tak hendak pulang..
Kuat bermufakat bertahan demi kampung pujaan..
Sebagian kami tetap niat pulang kepangkuan..
Berkumpul pada ayah jua bunda meski kesusahan..
Tak pulang kami untuk negeri..
Pulang pun kami jua untuk negeri..
Tidak akan kami mau mencederai..
Sepanjang jalan kami hati hati..
Protokol kesehatan jadi pegangan..
Senyum mengambang ingat kampung halaman
Namun apalah daya..
Di pelabuhan kami dicurigakan..
Sampai dirumah kami jadi buangan..
Dari kiri berkata "degil".. Dari kanan menghantam " Cengkang".
Duhai saudara handai taulan..
Apakah ini rasa buah simalakama hendak ditelan..
Lama dirantau kami bingung apa yang hendak dimakan..
Sedangkan pulang kenyang hujatan..
Bingung kami bercampur heran..
245 orang dijemput dari wuhan..
Dibuatkan tenda diberi makan..
Pada kami.. Entah lah kapan..
Tak kami harap jemputan..
Cuma minta sedikit perhatian..
Buatlah satu tempat kami bertahan..
Biarlah sedikit jauh dari ayah bunda..
Asal satu tanah pijakan..
Tidak lah lama kami minta diperhatikan..
14 hari saja..cepat berkesudahan..
Setelah itu.. Pada ibu kami disuapkan..
Ini anak negeri membuat suratan..
Menanggung rindu siang dan malam..
Untuk negeri aku diperantauan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H