Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia telah membuat masyarakat di dunia menjadi resah dan banyak membuat sektor di berbagai negara lumpuh terutama sektor ekonomi dan kesehatan. Indonesia salah satu negara yang terkena dampak cukup hebat akibat badai Covid-19. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan kestabilan negara belum maksimal.Penyebarannya yang cepat membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Misalnyaa saja Di Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. Namun dengan adanya kebijakan ini pemerintah belum berhasil menekan angka orang yang terpapar virus Covid ini.
Sampai saat ini belum ada obat untuk mengatasi virus ini. Banyak upaya yang dilakukan atas saran dari dokter untuk mengurangi resiko terkena virus ini, seperti selalu menggunakan masker dan mencuci tangan, isolasi mandiri jika terkena gejala ringan, segera menghubungi rumah sakit terdekat jika mengalami gejala yang cukup parah. Isu-isu terkait penyembuhan Covid-19 banyak beredar di tengah masyarakat yang tidak tahu atau belum jelas keakuratannya, mulai dari kalung kayu putih yang bisa menyembuhkan covid hingga saat ini yang sedang ramai diperbincangkan adalah Ivermectin sebagai obat penyembuh Covid-19.
Ivermectin sendiri adalah obat yang terbuat dari tanaman jamur dan telah dikembangkan  untuk membasmi infeksi cacing parasit pada tubuh manusia dan hewan. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi kutu dan tungau, misalnya pada penyakit kudis. Fakta lainnya mengenai obat ini adalah mengurangi peradangan atau anti inflamasi. Ketika virus atau parasit masuk ke tubuh manusia, akan terjadi peradangan. Peradangan yang berlebihan akan membuat daya tahan tubuh semakin buruk. Ivermectin sudah terbukti selama 30 tahun sebagai anti inflamasi.
Namun, akhir-akhir ini ivermectin menjadi terkenal karena dapat digunakan sebagai obat penyembuh Covid-19. Beberapa waktu lalu, terdapat penelitian di Australia menyebutkan bahwa ivermectin terlihat dapat menurunkan jumlah virus Corona secara signifikan pada sel yang terinfeksi virus tersebut. Namun hal tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, karena obat tersebut belum bisa dinilai keberhasilannya dan belum ada uji klinis.Â
Menurut dokter ahli paru, dr Budhi Antariksa, berpendapat  adanya pro dan kontra terkaitivermectin adalah hal lumrah karena sampai saat ini belum ada satu obatpun yang direkomendasikan oleh WHO sebagai obat Covid-19, mengingat penyakit ini adalah penyakit yang baru. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam twitternya beliau menuliskan pendapat beliau terkait penggunaan obat ivermectin terhadap penyemuhan virus Corona. Dalam cuitannya yang dikutip dari media online CNN, Susi bercerita Dalam kesulitan karena rumah sakit penuh, Susi akhirnya mencoba obat Ivermectin. Setelah itu, Susi pun dinyatakan negatif dari covid-19 setelah tujuh hari melakukan isolasi mandiri. Dari pengalaman yang terjadi langsung pada dirinya, Susi berharap
pihak ilmuwan dokter bisa melakukan riset terhadap ivermectin untuk penyemuhan dari virus corona.
Penggunaan ivermectin untuk penyembuhan pasien covid tanpa pengawasan dokter dapat menimbulkan beberapa efek samping, misalnya ruam kulit, gangguan pencernaan, wajah bengkak, pusing, kejang, penurunan tekanan darah, dan gangguan saraf. Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang saat ini menjabat sebagai ketua Satgas Covid-19 Zubairi Djoerban, Â mengatakan bahwa hingga saat ini IDI tidak merekomendasikan ivermectin sebagai obat untuk penyembuhan Covid-19. Selain itu, Zubairi mengatakan pihaknya akan menunggu hasil uji klinik ivermectin apakah efektif dapat menurunkan jumlah virus Corona secara signifikan pada sel yang terinfeksi virus tersebut. Tidak hanya itu, Zubairi juga mengatakan menunggu apakah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meloloskan izin untuk penggunaan ivermectin setelah di uji klinis.
Memang data sejauh ini yang menunjukan ivermectin sebagai obat untuk penyembuhan covid-19 Â masih belum banyak namun dari berbagai pihak banyak yang menggunakannya juga, karena itu Kementrian Kesehatan melalui BPOM memberikan izin untuk melakukan uji klinik terhadap obat tersebut. Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan, alasan diberikannya izin uji klinik adalah berdasarkan data publikasi global yang menunjukkan Ivermectin digunakan untuk penyembuhan covid-19. Selain itu organisasi WHO merekomendasikan ivermectin dikaitkan dengan Covid-19 untuk dilakukan uji klinik. Uji klinik terkait ivermectin akan dilaksanakan didelapan rumah sakit besar, kedelapan rumah sakit tersebut adalah RS Persahabatan, RSPI Sulianti Saroso, RS Soedarso Pontianak, RS Adam Malik Medan, RSPAD Gatot Soebroto, RSAU Esnawan Antariksa, RS Suyoto dan RSD Wisma Atlet.
Dokter Spesialis Paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr Budhi Antariksa SpP(K) PhD, mengatakan bahwa, delapan rumah sakit di Indonesia tengah memulai penelitian penggunaan obat cacing Ivermectin untuk terapi Covid-19 dan
RSUP Persahabatan masuk dalam delapan rumah sakit yang meneliti Ivermectin untuk terapi Covid-19. Budhi terlibat sebagai salah satu peneliti utama perwakilan RSUP Persahabatan.
Pada penelitian tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dengan judul. Penelitian bertajuk 'Uji Klinik Fase II-III, Acak, Tersamar Ganda dengan Kontrol Plasebo untuk Menilai Keamanan dan Efikasi Pemberian Oral Ivermectin pada Pasien COVID-19 Ringan-Sedang yang Dirawat di Rumah Sakit'.