Mohon tunggu...
Muhammad Chairul Habibi
Muhammad Chairul Habibi Mohon Tunggu... Guru - Ibnu Khair

penuh semangat dan senyuman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepucuk Kisah dari Orang yang Tersesat Dijalan yang Benar

29 November 2020   10:55 Diperbarui: 29 November 2020   11:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masya Allah yang selalu memberikan kisah yang indah. Semua kesulitan yang dia alami lambat laun telah menjadi sebuah kecintaan untuk lebih dekat kepada Allah subhanahuwata'alaa. Masalah yang menghalangi jalannya datang tiada henti. Kadang dalam permasalahan lingkungan, sosial dan pembelajaran. Dan tibalah saat yang sangat membuat hatinya sedih. Ketika lisan ini belum bisa melantunkan ayat yang bisa membuat hati menjadi tenang. Belum bisa menghayati ayat-ayat Allah. Namun apa yang harus dia lakukan??

Mengambil mushaf itu bisa. Namun pikirannya disibukan dengan bagaimana cara membacanya. Sangat disayangkan waktu yang telah lalu dia habiskan dengan masa bermain tanpa tau bahwa belajar melantunkan ayat Allah kan menjadi sebuah PR yang sangat besar ketika dia sudah beranjak dewasa.

Namun sekali lagi ada satu titik terang yang bersinar menerangi jalannya. Dulu dia pernah belajar sedikit dan berniat untuk bisa membaca nya lagi. Al-fatihah sebagai awal langkahnya yang penuh ragu "apakah saya bisa atau tidak". Al-baqarah dia baca dengan terbata --bata bahkan anak kecilpun lebih bagus bacaannya dari pada orang itu.

Namun semangat yang dia tunjukan dengan selalu menyisihkan waktunya disetiap waktu magrib menyendiri dimasjid membaca satu dua halaman untuk melancarkan bacaan bisa dibilang salah satu cara   yang terindah selalu dia kenang. Surat Al-baqarah selesai. Surat selanjutnya dan selanjutnya terus dia coba walaupun lisan masih belum terbiasa.

Masya Allah banyak sekali hal yang dia pikir tidak mungkin terus berdatangan menjadi sebuah jalan yang terang benderang. Pada akhirnya, bacaannya telah sampai kepada surat An-nas yang menjadi cita citanya selama ini. Masya Allah belum terpikir olehnya sekarang dia bisa membaca Al-Qur'an walau tidak sesempurna para ahli tajwid, rasa syukur selalu dia lantunkan "Alhamdulillah saya sudah bisa walaupun belum bagus".

Tantangan masih datang. Hafalan Al-Qur'an harus dia kejar. Mengejar teman-teman yang sudah dari dulu menghafal saat dia masih mencoba untuk membaca. Perbandiangan antara dia dan teman-temannya bagaikan semut dan serigala yang berlari cepat.  Sangat jauh tertinggal dari pada orang orang namun semangat dan hidayah Allah tidak pernah berhenti. Dan pada akhirnya dengan samangat yang menggebu, semangat yang dipicu dengan keinginan untuk mengalahkan teman temannya dalam fastabiqul khairat. Dia bisa sampai dimana teman-temannya telah sampai disana.

Allah Subhanahuwata'alaa berkendak lain. Bukan hanya menhafal yang dia karuniai untuk orang ini. Namun ditambah dengan tanggung jawab yang tidak bisa digapai oleh semua orang. Allah membukakan jalan untuknya dalam belajar, membaca Al-qur'an dan menghafalnya, dan lebih dari itu dia bisa menjadi panutan walaupun dia selalu melihat dirinya adalah seorang yang penuh dosa yang tidak pantas jadi panutan namun tidak ada yang mengetahui hal tersebut kecuali dirinya sendiri dan Allah Ta'alaa.

kisah belum berakhir. Setiap kali Allah masih memberikan dia nafas untuk menjalani hidup maka kisah orang tersebut berlanjut. dan intinya kadang kita berpikir jikalau diri ini selalu dipenuhi oleh sisi negatif, putus asa dan pesimis. Apakah kita tahu masa depan kita dengan hanya menduga masa depan tergantung dengan apa yang kita lakukan sekarang.

Semua bisa berubah. Kehidupan, kekayaan, cara hidup namun dengan syarat adanya hidayah dari Allah Subhanahu Wata'alaa. Maka katakanlah  "Ya Allah hambamu sekarang masih dalam masa yang susah. Masih belum bisa jadi yang terbaik, namun karuniakanlah untuk kami kehidupan yang tentram yang dipenuhi dengan rahmatmu dan jalan yang engkau ridhai, kami ingin mendekatkan diri kepada-Mu kami ingin menjauhi segala laranganmu makan berikanlah kami kekuatan untuk memenuhi panggilanmu dan menjauhi laranganmu". Kapan kita berpikir kalau kita bisa berubah maka Allah akan mengubah kisah kita menjadi kiash yang lebih manis dari pada madu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun