Ingatkah engkau pada bagai pungguk merindukan bulan?
Tak perlu lagi kau terka isi kepala, wahai sang idaman
Daku mengangguk, tertunduk, dalam tawa, tangis yang tertahan
Pola yang kurajut rapi, mengikuti alur buram, terhancurkan
Padahal daku berusaha buatmu tak henti senyum
Hanya tak ingin lihat haru biru bertengger pada bibir ranum
Apa daya! Daku tak punya kuasa, Daku maklum
Biarlah ini terukir abadi agar dipelajari dalam nujum
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!