Mohon tunggu...
Ibnu Ilwan
Ibnu Ilwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - nama

kelahiran gresik,10 juli 1976

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Terindah Saat di Rantau

17 Februari 2021   22:38 Diperbarui: 17 Februari 2021   23:27 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Seiring berjalannya waktu hingga menjelang masa ujian nasional ( EBTANAS ) saat itu, saya dipanggil oleh pengasuh untuk menghadap. Dalam hati saya pun bertanya ada masalah atau hal apakah sehingga beliau memanggil saya untuk menghadap, setelah bertemu beliau bercerita banyak hal termasuk masalah kegiatan belajar anak-anak kelas 3 MTs/SMP dan kelas 3 MA/SMA jika menjelang Ujian Nasional.

Ternyata selama ini jika menjelang ujian nasional pihak pesantren mendatangkan guru atau tentor untuk membimbing anak – anak dalam menghadapi ujian nasional selama satu bulan penuh. Dengan adanya saya beliau tidak perlu lagi memanggil tentor akan tetapi tugas itu dilimpahkan kepada saya, itulah hasil pembicaraan saya bersama pemangku pesantren. Tetapi tugas itu saya bagi dengan teman yang bersamaan dengan saya untuk membimbing atau mengajar Bahasa Inggris.

Setelah saya menggali informasi kepada anak – anak ternyata sebelum kedatangan saya dan teman saya ke pesantren tersebut mereka hanya diberikan pelajaran agama saja ( kitab kuning saja ). Sehingga waktu ujian nasional mereka banyak yang kebingungan untuk mengerjakan soal yang selama pembelajaran dipesantren tidak sekalipun diajarkan kecuali bimbingan singkat yang diberikan selama satu bulan menjelang ujian nasional.

Sejak itu saya diberi tanggung jawab untuk mengajar pelajaran umum ditingkat MTs / SMP dan MA / SMA termasuk didalamnya adalah pelajaran Ilmu sosial seperti Geografi, Antropologi dan Sosiologi. Padahal saat itu saya baru lulusan MAN / SMA jurusan Biologi (A2) saat saya sekolah, dengan demikian mau tidak mau saya harus belajar lagi dan memperbanyak perbendaharan ilmu sosial untuk menunjang kegiatan saya tersebut.

Daerah yang jauh dari pusat kota atau pemerintahan ( 3 KM ke Kecamatan, 25 KM ke Kabupaten/Kota, dan kurang lebih 200 KM menuju kota Propinsi ) membuat saya berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan banyak buku untuk refrensi mengajar saya. Setelah konsultasi dengan guru yang sudah lebih lama tinggal ditempat tersebut saya disarankan untuk pergi ke Kota Kabupaten dan hal ini bisa laksanakan hanya pada hari jum’at saja, dan jam tertentu juga.

Karena tuntutan tugas dan keinginan supaya segera mendapatkan banyak refrensi maka mau tidak mau harus dikerjakan. Hari jum’at yang ditunggupun datang setelah sholat subuh saya dan teman saya bergegas bersiap untuk menunggu transportasi/angkutan yang biasa digunakan didaerah tersebut, tidak lama kemudian angkutan tersebut datang dan masuk kelingkungan pesantren.

Dengan sedikit heran saya langsung ikut naik angkutan tersebut supaya tidak tertinggal, sambil menikmati perjalanan saya bertanya pada salah satu santri yang kebetulan saya ajak untuk menemani.

Selama perjalanan saya tidak banyak memperhatikan kanan kiri jalan tapi lebih sibuk bertanya tentang keanehan-keanehan yang saya jumpai seperti : angkutan yang masuk ke pesantren, bentuk dari angkutan itu sendiri, bahkan jam kerja angkutan tersebut. Hal inilah yang menurut saya unik serta asik  karena itu adalah pengalaman pertama saya

Setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam sampailah kita di kota kabupaten tepatnya Kabupaten Sarulangun. Tujuan pertama saya adalah toko buku, meskipun ada took buku tetapi koleksi bukunya sangat minim bagi saya saat itu tidak seperti took buku yang ada di Jawa seperti yang pernah saya kunjungi. Dengan kondisi seperti itu saya hanya bisa memperoleh satu buku saja, karena koleksi buku di took tersebut lebih banyak tentang pengolahan lahan, pertanian, perkebunan dan yang sekarakter dengan kehidupan disana.

Hari menjelang sore kami bersiap untuk pulang dan menuju terminal mencari angkutan yang kami tumpangi tadi. Jika tidak naik angkutan yang sama maka kita tidak bisa kembali kepesantran hingga didepan jalan masuk pesantren, tapi harus berjalan 3 KM lebih karena angkutan yang lainya hanya berhenti / terakhir sampai di kecamatan saja.

Tidak terasa sudah hampir satu tahun saya tinggal disana dengan berbagai cerita dan kenangan, seperti mandi disungai hitam ( karna memang airnya hitam karena akar-akar tumbuhan ). Perjalanan ke beberapa desa disekitaran pesantren yang harus ditempuh dengan berjalan kaki dengan jarak yang agak lumayan jauh, paling dekat 3KM. masih banyak hal dan cerita yang menjadi kenangan yang tidak pernah saya dapatkan ketika hidup di daerah kelahirandan tak terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun