Tak terasa sebentar lagi kita akan memasuki hari kemenangan, hari raya idulfitri 1441 H. Hari yang ditunggu-tunggu, untuk saling bermaaf-maafan dan bersilaturahmi satu sama lain. Dalam menyambutnya, banyak sekali tradisi atau kegiatan yang diselenggarakan secara suka rela oleh masyarakat.
Misalnya di kampung saya sendiri, Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, tradisi Irim-iriman-an (kirim/berbagi makanan) tidak pernah hilang. Menjelang 10 atau satu minggu menuju lebaran, masyarakat di daerah saya mulai membagikan makanan antar tetangga dan sanak keluarga.
Biasanya makanan tersebut berisi nasi dan lauk pauk (telor, ayam, daging sapi, mie goreng, kentang goreng) yang disajikan di dalam busa styrofoam.Kegiatan Irim-irim-an tersebut juga dimaknai sebagai rasa syukur kita yang sudah berhasil menjalankan ibadah puasa selama satu bulan.
Sehari sebelum lebaran, di sepanjang Pasar Wanguk hingga Jalan Raya Wanguk selalu ramai pedagang apapun. Kehadiran mereka menandakan tradisi Prepegan siap dimulai. Yaitu kegiatan pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan lebaran pada hari terakhir puasa. Biasanya pada Prepegan ini, para warga membeli anyaman janur untuk ketupat, peralatan ziaran seperti bunga beraneka rupa, sembako, pakaian, sepatu, sandal dan lainnya.
Prepegan menjadi salah satu tradisi yang ditunggu-tunggu semua orang. Ia tidak pernah hilang sejak saya kecil hingga dewasa sekarang. Mengingat negara kita sedang dilanda wabah virus corona, saya jadi sedih. Apakah tradisi ini akan dihilangkan untuk pertama kalinya dalam sejarah di kampungku? Ah, lekaslah hilang kau corona!
Selanjutnya, setelah ba'da ashar, masjid-masjid atau musholah-musholah di daerah saya sudah mulai mengumandangkan takbiran. Terkadang, kegiatan takbiran ini diisi oleh anak-anak atau remaja masjid setempat. Takbiran pun terus menggema dari sore hingga adzan shubuh pagi. Membuat nuansa lebaran menjadi terasa makin dekat.
Malam harinya, sejumlah lembaga pendidikan madrasah dan ikatan remaja masjid-musholah menggelar pawai obor di sepanjang jalan sambil bertakbiran. Tak hanya, kobaran api obor saja yang ditunjukkan, tapi makhluk jadi-jadian seperti tuyul, genderuwo, pocong, dan naga-nagaan juga turut diarak. Menambah daya tarik tersendiri bagi warga yang menontonnya.
Itulah beragam tradisi menyambut Idul Fitri yang tidak boleh tidak ada di kampung saya. Apakah Kompasianer memiliki tradisi yang sama dengan daerah saya? Kalau ada, berarti kita sekampung, hehe.
Selamat berlebaran!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H