Data dan Fakta adalah dua hal yang selalu menjadi pertimbangan orang yang bijak dan hati-hati sebelum berbicara, apalagi menulis. Nah, Beberapa waktu yg lalu KPK Watch merilis data mengenai indeks korupsi partai, lengkap dengan grafik-grafiknya. Data-data ini sendiri dirangkum dari beberapa sumber, diantaranya website resmi ICW antikorupsi.org, website KPK kpk.go.id, website polri polri.go.id, website Mahkamah Agung Mahkamahagung.go.id, dan website Kejaksaan Indonesia Kejaksaan.go.id.
[caption id="attachment_299887" align="aligncenter" width="640" caption="indeks partai terlibat korupsi"][/caption]
[caption id="attachment_299880" align="aligncenter" width="599" caption="indeks kepala daerah korup"]
[caption id="attachment_299883" align="aligncenter" width="595" caption="grafik partai terlibat korupsi"]
Dari data/grafik-grafik tersebut, terlihat jelas bahwa juara korupsi (terutama tiga besar) hampir semuanya dipegang oleh partai-partai “non agama”, kecuali dalam indeks partai terlibat korupsi (2012-2014), PAN yg notabene nya adalah partai “agama” berhasil menduduki peringkat tiga (6.6). Peringkat satu dipegang oleh PDI-P (7.5) dan peringkat dua diraih partai Golkar (7.5). Sedangkan Rangking Korupsi Kepala Daerah Bupati dan Walikota (2002-2014) peringkat satu sampai tiga semuanya disabet oleh partai “non agama”, Ranking satu PDI-P (27), Ranking dua Golkar (22), dan Ranking tiga Demokrat (12). Yg perlu diperhatikan disini adalah gap yang begitu besar jika dibandingkan dengan partai-partai “agama”; PAN (3), PKB (3), ataupun PKS (1).
Tidak jauh berbeda dengan Indeks partai terlibat korupsi dan Raanking Korupsi kepala daerah bupati/walikota, di dalam Grafik Partai terlibat korupsi pun partai-partai “non agama” tetap tak tergoyahkan mendominasi “prestasinya” menduduki Juara pertama sampai ketiga. Juara pertama lagi-lagi diraih PDI-P (113), disusul Golkar dan Demokrat masing-masing (73) dan (37). Bagaimana dengan partai-partai “agama”? PAN (33), PKB (17), PPP (15), PBB (3), PKS (3).
Mungkin setelah melihat fakta data-data diatas ada yang berpendapat bahwa partai “agama” tetap lebih buruk, karena mereka membawa-bawa agama dalam politik, lalu ada beberapa diantara mereka terlibat korupsi. Dan ini mencemarkan agama tersebut sehingga membuat persepsi publik tentang agama itu buruk juga.
Benarkah demikian? Sah-sah saja mereka berpendapat begitu. Tapi mari kita melihat sejarah sejenak. Dalam kepercayaan agama Kristen, Yesus (Isa) memiliki 12 murid utama yang disebut Rasul. Ingat, RASUL. Namun dalam perjalanannya satu orang dari murid (Rasul) Yesus tersebut ada yg berkhianat, Yudas Iskariot. Seorang selevel Rasul pun bisa berkhianat pada Yesus. Apa karena satu murid berkhianat maka kita boleh menghakimi ke-11 murid yang lain pengkhianat jg? Apa karena kasus ini lalu Agama kristen di cap sebagai Agama yang buruk dan salah (bagi pemeluknya)? Apa perbuatan yudas iskariot mencemari/menjatuhkan agama kristen?
Mari kita juga melihat sejarah yang lain, sejarah Islam. Dalam perang uhud, pasukan Islam ‘nyaris’ menang dalam pertempuran melawan kaum kafir Quraisy. Tapi karena beberapa pasukan pemanah (Sahabat) melanggar perintah Rasulullah untuk tetap bertahan di pos mereka (hingga ada perintah lain dr Rasulullah) karena ingin segera ikut mengambil rampasan perang, akhirnya membuat Khalid (salah satu pimpinan pasukan Quraisy ahli strategi yang sangat cerdik saat itu) berhasil membalik keadaan, dan membuat Pasukan Islam hampir kalah. Nah, apakah karena kelalaian beberapa sahabat (ingat, mereka termasuk Sahabat, generasi awal terbaik Islam) yg melanggar perintah Rasulullah tersebut kita berhak men-generalisir bahwa seluruh Sahabat tidak taat pada perintah Rasulullah? Apa peristiwa ini juga membuat agama Islam di vonis sebagai agama yang buruk dan salah (bagi pemeluknya)? Apa perbuatan beberapa orang sahabat itu mencemari/menjatuhkan agama Islam?
Lalu apa kesimpulannya? Kesimpulannya adalah, perbuatan oknum dalam “partai agama” tidak bisa kita justifikasi bisa merusak agama yg dijadikan landasan/ideologi yang dibawa partai tersebut. Anda boleh saja berbeda pendapat dengan saya. Tapi menurut hemat saya, justru faktor landasan/ideologi (beserta nilai-nilai moral dan keluhuran) agama itulah yang mengontrol pengurus/anggota/kader partai-partai “agama” tersebut untuk menghindari perilaku-perilaku yang salah khususnya korupsi. Walaupun masih ada beberapa oknum yang terlibat korupsi, saya fikir tidak banyak apalagi sebanyak partai “non agama”. Malah yang saya khawatirkan jika partai-partai “agama” tersebut melepaskan ‘baju’ agama dalam partainya, yang ada mereka akan ikut-ikutan bersaing dengan partai-partai non agama dalam perebutan gelar juara Korupsi.
Jadi, faktor agama yg ‘dibawa’ partai dalam ideologi/landasan nya ternyata berpengaruh signifikan juga dalam tindak tanduk para pengurus/anggota nya. Pengaruh yang positif tentunya. Karena Agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan pada setiap pemeluknya, dan mencegah kejahatan (termasuk korupsi). Jadi agama adalah faktor positif dalam politik, bukan saling bertentangan.
Terlepas dari itu semua, marilah kita jadi pemilih yang cerdas nan objektif. Jika kita menganggap korupsi adalah musuh besar yang sedang kita hadapi di indonesia sekarang, maka jangan pilih partai yang sudah jelas banyak korupsinya. Setidaknya pilihlah partai yang paling sedikit korupsinya, paling sedikit merugikan negara. Menjadi golput sama sekali bukan pilihan yang baik. karena bisa jadi karena kita golput maka partai terkorup lah yang memenangkan pemilu 2014 ini dan orang-orang korup lah yang akan mewakili kita di legislatif, pun juga di eksekutif.
Last but not least, agar kita mendapatkan data fakta yang lebih lengkap dan komprehensif mengenai partai & korupsi ini, mari kita dukung petisi “KPK Harus Keluarkan Indeks Korupsi Parpol sebelum Pemilu 2014” di :
“Carilah Pemimpin yang (Mendekati) Sempurna. Jika tidak Ada, maka Pilihlah yang Paling Sedikit Kekurangannya..”
Ibnu Sofyan Hasan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H