Mohon tunggu...
Ibnu Muhammad
Ibnu Muhammad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pemuja karya-karya orang lain. Selalu belajar dari yang lain. Bak lebah yang tak usai-usai memproduksi madu dari hasil isapannya.\r\nmampir ke blog ulungku"goresankecilku.blogspot.com"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel " Azan Subuh Menghempas Cinta "

26 Februari 2013   13:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:39 6034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinopsis novel " Azan Subuh Menghempas Cinta (ASMC)" karya Ma'mun Affany

Kisah percintaan yang disetting apik dan menarik. Ceritanya menarik untuk selalu diikuti sampai ujung novel karena rasa penasaran akan kelanjutannya dan penulis mampu membuat pembaca terhanyut dalam aliran cerita yang sekali-kali menaikan andrenalin pembaca.

Affandy dan Wulan sebagai protagonis dalam novel Azan Subuh Menghempas Cinta ASMC, mereka yang menjalin cinta dengan berbagai rintangan yang harus dihadapi. Apalagi setelah Affandy pergi ke negeri seribu menara, Kairo, Mesir, ia harus berhadapan dengan realita sebagai pelajar dan dilain sisi ia harus juga menjaga hubungannya dengan Wulan yang dulu hanya dihadapkan masalah saja namun sekarang sudah ditambah dengan jarak.

Jarak dan waktu ini menuntut percintaan mereka untuk bisa saling mengerti dan setia. Pengertian yang diberikan Affandy ke Wulan adalah dengan cara selalu menghubunginya melalui sepucuk surat yang harus dikirimnya melalui pos dari Kairo ke Indonesia.

Affandy fokus untuk study supaya bisa tepat target kuliah, yaitu empat tahun. Ia sadar bahwa banyak yang mengharapnya di Indonesia karena ia anak seorang Kyai Pesantren, dan lebih lagi harapan yang tumbuh dari cintanya dengan Wulan. Urusan percintaannya sudah diwakili surat yang selalu ia kirim untuk wulan melalui pos, sehingga fokusnya pun semakin maksimal.

Di tahun pertama dan ke dua, Wulan masih optimis dengan kisah cintanya dengan Affandy walauia sadar dirinya bukan siapa-siapa dibanding Affandy, anak seorang Kyai Pesantren. Surat yang dikirim Affandy untuk Wulan ternyata tak pernah sampai ditangananya. Kemana surat itu?

Surat itu ternyata selalu diterima oleh pemilik Yayasan dimana ia (Wulan) bekerja. Wulan yang cantik jelita serta ulet dan sabar itu ternyata juga diminati oleh pemilik Yayasan. Ia berharap Wulan bisa dijadikan menantunya. Sehingga surat yang dilayangkan untuk Wulan selalu ia simpan, dengan harapan Wulan akan memupuskan cintanya dengan Affandy, Mahasiswa Azhar, Mesir.

Popularitas Wulan di Yayasan itu menjadi tranding topik. Ia kemudian menjadi bahan perbincangan semua penghuni Yayasan. Ia mampu mengambil hati anak didiknya yang sulit dilumpuhkan oleh orang lain, iya, ini semua karena ia penyabar, lembut dan ulet.

Azam ketua Yayasan semakin kuat untuk menjodohkannya dengan anaknya. Wulan dipanggil ke kantor oleh ketua Yayasan. Wulan dengan rasa penasaran, kaget dan takut memenuhi panggilan itu. Setelah sampai di kantor, kepala Yayasan itu menyampaikan maksudnya. Ia mengharapkan Wulan mau menjadi menantunya. Wulan merasa bingung dan gundah. Bingung karena harus berbuat apa, karena Affandy selama ini tak pernah memberi kabar padanya. Hatinya gundah dikarenakan ia harus memilih hal yang sama-sama berat. Akhirnya, Wulan mohon waktu satu-dua tahun untuk memikirkan masalah ini. Ia berharap nanti ada kejelasan dari Affandy karena ia ingin menjadi wanita yang setia akan janji cintanya dengan Affandy.

Wulan masih menanti kabar berita kekasihnya, Affandy. Ia bertanya kesana kemari, tanya ke keluarga Affandy, teman karibnya dan yang sangat dekat dengannya dari keluarganya, yaitu adeknya Affandy, Tina.

Setelah dua tahun berlalu akhirnya Wulan memutuskan untuk mengiyakan tawaran ketua Yayasan itu. Namun, hatinya masih sangat berat untuk melangkah, pun iya harus melihat realita bahwa Affandy selama empat tahun itu tak pernah memberi kabar berita sama sekali.

Tina, adik Affandy menanyakan kabar kepulangan kakaknya ke ayahnya. Ayahnya mengabari klo kakaknya itu akan pulang hari Kamis. Hari Kamis itu adalah -3 dari acara resepsi pernikahan Wulan dengan anak ketua Yayasan. Karena, resepsi itu akan diadakan hari Ahad. Tina sangat bingung dan tak tau perasaan apa yang akan terjadi ketika kakaknya, Affandy, tau jika kekasihnya, Wulan, sudah akan melangsungkan resepsi pernikahan.

Hari kamis yang ditunggu Tina dan keluarganya ternyata tak sesuai rencana. Kepulangan Affandy di undur sampai hari Sabtu. Ada urusan yang menyebabkan kepulangan kakaknya tertunda lagi.

Sabtu, Affandy pulang dari Kairo, Mesir. Setibanya di rumah ia langsung menanyakan kabar kekasih hatinya, Wulan, ke adeknya. Adeknya bingung untuk berbicara apa. Akhirnya ia memberitahu kabar Wulan yang akan melangsungkan resepsi keesokan harinya, hari Ahad. Malam itu, Affandy sangat bingung, kalut dan pusing. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan.

Hari Ahad tiba. Resepsi pernikahan Wulan dan suaminya akan dilangsungkan. Affandy langsung bergegas ke rumah mertua Wulan. Ia berusaha menemui kekasih hatinya, walau ia sekarang sudah menjadi milik orang lain. Ia hanya ingin mengembalikan bukti cinta mereka, sobekan kain selendang yang dipegang masing-masing sebagai bukti janji cinta, dan ia ingin minta maaf ke Wulan karena ia hanya member kabar melalui surat.

Mertua Wulan melihat Affandy yang sedang berdiri di rumahnya langsung menhampiri Affandy. Ia mengusirnya. Namun, Affandy memohon dan mengemis untuk dikasih waktu bertemu Wulan. Ia hanya ingin mengembalikan kain selendang dan minta maaf, katanya. Namun, mertua Wulan tak mengizinkannya karena ia tahu tentang kebenaran kisah Affandy dan Wulan.

Tina berusaha menemui Wulan. Ia ingin mengabarkan tentang perasaan kakaknya yang tak pernah berubah untuk mencintainya dan ia sangat setia. Namun, Wulan tak percaya akan apa yang dikabarkan Tina.

Wulan yang menyendiri dan menangis di kamar pengantinnya didatangi suaminya. Suaminya kemudaian menceritakan apa adanya. Ia menceritakan jika Affandy selalu mengirim surat untuknya. Surat itu selalu dialamatkan ke Yayasan dimana ia bekerja. Namun, surat-surat itu semuanya dicegal dan disembunyikan ayahnya, mertua Wulan. Karena ayah suami Wulan berharap Wulan menjadi menantunya. Wulan mendengarkan cerita itu dari suaminya semakin kalut dan isakan tangisnya menghebat. Suaminya tak mampu melihat istrinya seperti itu. Akhirnnya, ia putuskan untuk membebaskan istrinya, Wulan, untuk menemui Affandy. Ia gak mau memili jasad Wulan namun hati istrinya selalu ada untuk yang lain.

Wulan memberitahu Tina jika ia akan menuju ke rumahnya untuk menemui kakaknya. Wulan ditemani oleh adik iparnya, lala, bergegas menuju rumah Affandy untuk meminta maaf.

Sesampainya di rumah Affandy, ia menemui Affandy dan menjelaskan akan duduk masalahnya. Ia minta maaf karena setiap surat Affany kirim tidak pernah sampai ditangannya.

Affandy mendengar penjelasan Wulan yang disertai isak tangis dan menunduk. Ia menjelaskan jika cintanya selalu ada untuk Affandy, dan selama ini belum tersentuh oleh suaminya. Namun, setelah usai penjelasan Wulan, Affandy tak mau tau masalah itu, karena dirinya merasa dikhianati oleh Wulan. Karena janji kesetiaan mereka telah di hancur leburkan dengan bukti menikah dengan yang lain.

Melihat itu, Wulan tak tahan untuk lama-lama berada di hadapan Affandy. Ia keluar dari rumah Affandy. Namun, Affandy tetap tak memperdulikan Wulan. Tina dan Lala melihat Wulan lari keluar mereka langsung mengejarnya. Ketika berada di jalan tol dan ketika tubuh Wulan sudah akan digapai oleh Tina, tiba-tiba ada mobil kencang yang menghampiri Wulan. Wulan tertabrak.

Wulan kemudian dilarikan langsung ke Rumah Sakit. Ia mengalami pendarahan yang sangat dahsyat.Ia membutuhkan donor darah untuk memenuhi kekurangan darah yang disebabkan kecelakaan itu.

Suami Wulan sangat sedih. Istrinya kecelakaan dan hati Wulan bukan untuk dirinya melainkan untuk orang lain, Affandy. Ia kemudian memutuskan untuk mengambil sikap untuk melanjutkan atau menyerahkan Wulan pada Affandy. Ia ingin melihat ketika Wulan siuman nanti siapa yang ia ucapkan, dirinya ataukan Affandy.

Ternyata ketika Wulan siuman kata yang keluar adalah Affady. Dengan berat hati, ia harus memberikan istrinya untuk Affandy. Karena menurutnya percuma memiliki jasad namun gak memiliki cinta istrinya.

Suami Wulan pun kemudian menyerahkan Wulan ke Affandy. Akhirnya, Affandy dan segenap keluarganya berusaha keras untuk menyelamatkan Wulan yang mengalami pendarahan hebat. Namun, malang adanya. Wulan tak terselamatkan dan meninggal dunia.

posted in my blog ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun