Mohon tunggu...
IBNU ALBANI SAPUTRA
IBNU ALBANI SAPUTRA Mohon Tunggu... Programmer - Siswa SMAN 1 PADALARANG

Hobi rock climbing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menikmati Senja bersama Teman-teman

30 September 2022   19:17 Diperbarui: 30 September 2022   19:20 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedari pagi hujan terus merintis menjadi gerimis gerimis tipis hingga mentari menunjukan cahayanya hujan baru liris. Dirumah, tepatnya di rumah temanku yang bernama yanto aku dan 2 teman ku yang lain sedang mempersiapkan perlengkapan camping, hari itu tepatnya pada siang hari, setelah mempersiapkan perlengkapan kami pun pergi berangkat camping menggunakan angkot tepatnya angkot yang berwarna kuning bertuliskan cikalong setelah itu kami turun di depan kantor dprd dan melanjutkan perjalanan menggunakan angkot yang berwarna hijau bertuliskan gunung bentang menuju tujuan yang kami tuju, ya kami bertujuan ke gunung,  gunung yang kami pilih mungkin tidak asing bagi para pecinta alam yaitu gunung bendera yang tak begitu tinggi namun memiliki pemandangan yang menakjubkan.

 Didalam angkot kami pun berbincang dengan dengan supir angkot ia bertanya kepada kami 

"Jang bade kemping ka mana" ucap seorang sopir angkutan kota 

"Bade ka gunung bendera mang" ucap temanku.

Ya kami berada di daerah bandung barat tepatnya di padalarang sehingga kami menggunakan bahasa sunda.

Setelah menunggu beberapa jam perjalanan akhirnya kami pun telah tiba di kawasan gunung bendera waktu sudah menunjukan mulai sore dan mulai turun hujan gerimis, kami memaksakan untuk melanjutkan perjalanan mendaki ke gunung, karena kami ingin menikmati, senja menikmati keindahan alam yang tak bisa ternilai betapa indahnya.

 Oh iya perkenalkan nama ku ibnu seseorang yang begitu mengagumi keindahan alam dan teman ku bernama yanto,fikri,mail. Kami berempat adalah seseorang yang suka menikmati alam dikala mentari mulai perlahan tenggelam.

 Setelah beberapa menit perjalanan kami pun sampai di kaki gunung bendera, sebelum melakukan pendakian kami pun berdoa terlebih dahulu,

"Sebelum kita melakukan pendakian alangkah lebih baik nya kita berdoa, berdoa dimulai." Ucapku kepada teman teman ku

"Berdoa tidak selesai"

"Lah kok tidak selesai" ucap yanto 

"Ya kan bedoa itu tidak akan pernah selesai selesai nanti juga kita akan berdoa lagi kan." Ucapku

"Oh iya yah" ucap yanto 

 Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung kami berharap semoga kami dapat sampai puncak sebelum mentari tenggelam "kela nu capek istirahat bentar" ucap teman teman kepadaku

Inu, itulah panggilan teman teman ku kepadaku

"Oh iya oke" ucapku kepada mereka

Setelah 5 menit melakukan istirahat kami pun melanjutkan perjalan kami menuju puncak.

Perjalanan menuju puncak gunung tidak begitu mudah, dengan tanah yang basah habis di guyur hujan tanah pun menjadi licin dan lengkep, tanah menempel nempel di sepatu kami sehingga begitu beratnya tuk melangkah namun kami tetap berusaha sekuat mungkin tuk mencapai puncak gunung bendera.

setelah beberapa menit perjalanan kami pun akhirnya sampai di puncak gunung bendera bertepatan dengan tenggelam nya metari dikala sore itu rasa lelah kami pun seakan terbayarkan oleh keindahan di atas gunung bendera.

Saat mentari perlahan lahan lenyap

Tinggalkan sepucuk pitanya

Kusaksikan dari terlalu jauh

Seberkas sinar mulai tampil

Senja tidak sempat ingkar akan janjinya

Persetujuan untuk pergi serta akan

Kembali lagi untuk besok

Ku ukir sepitas senyuman

Menanti langit yang cantik itu

Suara deru daun mengikuti lantunan deru angin

Cantik....

Satu kata yang tidak sempat raib

Hadirnya menghanyutkan sendu pada hari

Aku dan teman teman ku menikmati keindahan mentari dikala dia tenggelam melihatnya seakan lara hati menjadi hilang, pikiran menjadi tenang begitulah yang kami rasakan.

Setelah mentari sudah tenggelam kami pun berbagi tugas fikri dan mail mendirikan tenda aku dan yanto memasakan makanan.

Hari menjelang malam dan lelah semakin terasa aku dan temanku menikmati malam dengan segelas kopi dan api unggun, semakin malam semakin dingin rasa lelah dan ngantuk menjadi satu kami pun memutuskan untuk beristirahat, suara angin dan gesekan pohon pohon menyertai tidur kami   suara suara aneh mulai bermunculan tapi kami berpikir positif bahwa itu semua suara hewan namun sebenarnya aku pun tak tau itu suara apa, ya itu lah semesta sangat dan memiliki banyak misteri, tepat jam 2 malam fikri terbangun karena mendengar suars adzan tapi itu jam 2 malam fikri pun terheran heran namun dia tidak terlalu memikirkannya dan diapin kembali tidur.

Setelsh fikri tidur sekarsng giliran aku yang terbangun karna ingin buang air kecil, aku pun buang air kecil namun ketika aku kembali ke tenda aku melihat sesosok mahluk pucat yang mengintip di belakang tenda namu tak aku hirau kan ya aku sendiri pun takut, mau ngebangunin temen temen yang lain tidak enak jadi tidak aku hirau kan dan aku pun kembali tidur.

Hari pun menjelang pagi rasa dingin dan sejuk mulai menyampur dan menyertai pagi kami, oh iys ini yang di tunggu tinggu menikmati mata hari yang mulai naik menerangi seisi dunia hari semakin terang keindahan kota padalarang semakin terlihat lalu lalang kendaraan yg begitu padat pun terlihat " ada kalanya naik ke atas dan melihat kebawah betapa kecilnya kita di hadapan semesta"

Setelah menikmatinya kami mulai memasak untuk makan kami berbagi tugas sebagian memasak sebagian lagi membereskan tenda, setelah semuanya beres dan kami sudah sarapan kami pun memutuskan untuk turun dan pulang walaupun berat meninggalkan keindahan alam namun mau bagaimana lagi karna semakin siang akan semakin panas kalo diatas gunung untuk pulang serasa begitu cepat beberapa kami pun sudah sampai di bawah sambil berjalan fikri pun cerita "tadi aku dengar adzan jam 2 malam"

Yanto menjawab " mungkin itu cuman pendengaran mu"

Aku pun berbicara " tadi subuh waktu beres buang air kecil aku memilihat sesosok prempuan pucat di belakang tenda tapi aku hiraukan "

" wkwk yaialah kamu hirau kan karena kamu takutkan" ucap teman temanku sambil tertawa

"Yailah siapa yang gak takut coba diatas gunung melihat sesosok prempuan yang pucat" ucapku pada mereka

"Wkwkwk..." kami tertawa

Beberapa menit kami sampai di pinggir jalan raya dan menaiki angkot gunung bentang untuk pulang kerumah, sesampainya dirumah aku pun melanjutkan tidur karna rasanya sangat cape sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun