Sejak saya bertugas di Bantimurung sebagai guru SMP, pada tahun 1982 saya telah mengenal warung gado-gado di depan pintu gerbang Taman Pemandian Alam Bantimurung Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.Â
Warung ini berada di jalan Poros Maros - Bone. Warung ini dahulu milik  Almarmhumah ibu Supami istri dari Almarhum pak Sukiman, seorang mantan anggota / prajurit Kostrad 433 Julusiri di Sambueja.Â
Saat itu pasangan suami istri  ini hanya menyewa tanah untuk tempat membangun warung kecil. Saat ini warung itu pindah tak jauh dari Taman Pemandian Alam Bantimurung, kurang lebih sekitar 200 m ke arah selatan. Selama lebih dari 30 tahun menjual gado-gado, dan sampai sekarang telah memiliki rumah yang cukup besar untuk berjualan / warung gado-gado.
Karena rasa gado-gadonya yang khas maka kadang saya ketagihan ingin makan di warung tersebut. Kini warung itu diurus oleh menantunya, sebagai generasi kedua.Â
Jika anda dalam perjalanan dari Makassar ke Kabupaten Bone, lewat Bantimurung Maros, maka di depan Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung disitu warung itu sekarang berada. Tema ini saya angkat untuk menambah wawasan pembaca khususnya para peserta didik SMA PGRI Bantimurung. Bahwa mencari rezki itu tidak harus menjadi PNS, PPPK, Karyawan Pabrik, Polisi,Tentara dan sebagainya.Â
Namun sebenarnya Allah memberikan rezki kepada hamba Nya yang mau berusaha. Termasuk berjualan gado-gado, seperti yang dilakukan oleh istri mantan anggota TNi tersebut.
Hampir semua orang di Indonesia mengenal makanan yang bernama gado-gado. Kalau anda belum kenal bagaimana bentuknya, coba lihat satu piring gado-gado yang akan saya santap ini :Â
Bahannya cuma ketupat/lontong, sayur toge dengan sambal pecal, lalu sebutir telur rebus, kerupuk, sedikit ada kubis. Rata-rata ibu rumah tangga bisa bikin gado-gado seperti ini. Saya juga yakin peserta didikku jika belum memperoleh kerjaan mungkin jualan gado-gado bisa menjadi alternatif cari nafkah.Â
Beberapa orang yang pernah sukses mencari nafkah, antara lain H. Hafid di Pakalli yang sukses jualan buroncong di pinggir jalan poros Maros Bone.Â
Saat ini saya sudah pensiun dan mengelola SMA PGRI Bantimurung, setiap saat kalau lapar jam istirahat, menuju ke warung Gado-Gado di Bantimurung, untuk menghilangkan lapar dan menghalau ketagihan. Kadang juga kalau tak sempat sarapan pagi maka beli buroncong menjadi alternatif pilihan untuk sarapan di sekolah saat jam istrirahat.Â
Beberapa alumni peserta didik saya, memang ada yang menjadi TNI, PNS di Puskesmas Bantimurung, ada juga yang Polisi, Satpam dan Karyawan Kantor Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Â
Ternyata ada juga yang menjaga toko milik orangtuanya, ada yang sekolah sambil kerja sebagai fotografer, kerja di peternakan, pabrik roti, penggergajian kayu, pabrik gorong-gorong, sopir mobilnya tetangganya. Ada juga yang menjual basang (Jenis bubur dari bahan jagung), bubur kacang hijau dsbnya. Selamat kepada kalian yang sudah mendapat kerjaan sebelum lulus SMA.Â
Namun saya mengharapkan gunakan kesempatan untuk bisa kuliah sambil kerja. Anda bisa pilih kerjaan yang bisa sambil kuliah atau sekolah. Sekarang ini pemerintah menyediakan  KIP (Kartu Indonesi Pintar) kuliah. Salam Literasi, tetap semangat, kerja sambil sekolah/kuliah (IM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H