Mohon tunggu...
Ibnu IbnuHamidB
Ibnu IbnuHamidB Mohon Tunggu... Tentara - Mahasiswa

Sabar sabar dan sabar, Insyaallah membahagiakan kedua orang tua sampai tanah suci.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menambah Wawasan Mengenai Karakteristik, Tugas Perkembangan, Konsep Deteksi, dan Prinsip Deteksi pada Anak Usia Dini

10 Desember 2020   18:00 Diperbarui: 10 Desember 2020   18:08 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karakteristik Anak Usia Dini

1. Memiliki Rasa Keingin Tahuan Yang Besar
Pada anak usia dini ,anak yang sering bertanya taupun kepada orang dewasa, baik itu guru, ataupun orang tua, serta menghampiri untuk melihat berbagai obyek yang ingin dia ketahui. Dan juga khususnya untuk orang tua ketika anak sedang bertanya, maka jawablah dengan jawaban yang memotivasi mengenai hal yang ditanyakan si kecil, dan arahkan anak untuk belajar mengenai hal yang menyenangkan agar anak selalu senantiasa gembira untuk mengembangkan rasa ingin tahu si kecil.

Pada usia 3-4 tahun, biasanya anak akan sering membongkar pasang segala hal yang ada di sekitarnya untuk bisa memenuhi rasa keingin tahuannya yang besar. Tak hanya itu saja anak akan gemar bertanya pada orang lain meskipun masih menggunakan bahasa yang sederhana.

2. Memiliki Pribadi Yang Unik
Pada umumnya perkembangan anak usia dini itu relatif memilki kesamaan, namun tetap saja tiap anak memiliki ciri khas tersendiri pada minat, bakat, gaya belajar,perilaku, dll. Pada ciri khas yang terdapat pada tiap-tiap anakberbeda dikarenakn faktor keturunan genetis hingga faktor lingkungan. Untuk itu dalam hal mendidik anak, tentu perlu diterapkan pendekatan secara individual ketika menangani anak usia dini.    

3. Belajar Banyak hal menggunakan Tubuh.
Pada usia dini anak senang mempelajari hal-hal yang baru, dan mereka akan mulai untuk menggunakan dan mengkoordinasikan masing masing anggota tubuh mereka seperti: mencium bau, merasakan tekstur pada benda, bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, dll.

4. Mudah Sekali Frustasi
Dikarenakan rasa keingintahuanya yang tinggi tidak dituruti membuat anak mudah sekali frustasi. Sikap yang seringkali ditunjukan saat anak merasa frustasi biasanya yaitu: menanhis, berteriak, pola gerak tubuh yang kaku, dan lainnya.

Tugas Perkembangan Anak Usia Dini
Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus dikuasai, adapun tugas perkembangan masa kanak-kanak menurut Carolyn Triyon dan J. W. Lilienthal (Hildebrand, 1986 : 45) adalah sebagai berikut :

a).  Berkembang menjadi pribadi yang mandiri. Anak belajar untuk berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan dapat memenuhi segala kebutuhannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangannya di usia Taman Kanak-kanak.

b).  Belajar memberi, berbagi dan memperoleh kasih sayang. Pada masa Taman Kanak-kanak ini anak belajar untuk dapat hidup dalam lingkungan yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja, dalam masa ini anak belajar untuk dapat saling memberi dan berbagi dan belajar memperoleh kasih sayang dari sesama dalam lingkungannya.

c).  Belajar bergaul dengan anak lain. Anak belajar mengembangkan kemampuannya untuk dapat bergaul dan berinteraksi dengan anak lain dalam lingkungan di luar lingkungan keluarga.

d).  Mengembangkan pengendalian diri. Pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Anak belajar untuk mampu mengendalikan dirinya dalam berhubungan dengan orang lain. Pada masa ini anak juga perlu menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkan konsekuensi yang harus dihadapinya.

e).  Belajar untuk mengenal tubuh masing-masing. Pada masa ini anak perlu mengetahui berbagai anggota tubuhnya, apa fungsinya dan bagaimana penggunaannya. Contoh, mulut untuk makan dan berbicara, telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan sebagainya.

f).  Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar. Anak belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar maupun otot halus. Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot halus adalah pekerjaan melipat, menggambar, meronce dan sebagainya.

g).  Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan. Pada masa ini diharapkan anak mampu mengenal benda-benda yang ada di lingkungan, dan dapat menggunakannya secara tepat. Contoh, anak belajar mengenal ciri-ciri benda berdasarkan ukuran, bentuk, dan warnanya.

h).  Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain. Anak belajar menguasai berbagai kata-kata baru baik yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, maupun berinteraksi dengan lingkungannya.

i).  Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan. Pada masa ini anak belajar mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap apa-apa yang ada dalam lingkungan, seperti pada teman sebaya, saudara, binatang kesayangan atau pada benda-benda yang dimilikinya.

Konsep Deteksi Dini Permasalahan Anak
Menurut Permendikbud Nomor 146 tahun 2014, Deteksi dini adalah kegiatan untuk menemukan secara dini adanya potensi dan hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini. 

Sedangkan Intervensi adalah upaya khusus yang diberikan kepada anak yang menurut hasil deteksi dini diketahui tumbuh kembangnya tidak optimal. Serangkaian upayakhusus dilakukan untuk mengoreksi, memperbaiki,dan mengatasi hambatan tumbuh kembang agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya.

Prinsip dalam Deteksi Dini
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangananak (keterlambatan daya lihat, dan gangguan daya dengar).

c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional, seperti autism, dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktifitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun