Negara Qatar adalah negara terkaya di Asia Barat selain Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Hal itu tentu saja mengguncang dunia, sebab Qatar menjadi negara yang mengalami lonjakan perekonomian tercepat di dunia. Semua itu bisa terjadi ketika negara Qatar bisa menemukan minyak bumi dan gas alam cair. Dari hasil eksploitasi itulah, Qatar bisa menjadi negara terkaya di dunia dan merubah padang pasir yang tandus serta gersang menjadi perkotaan modern yang indah dan megah. Tidak heran apabila Qatar terpilih menjadi tuan rumah FIFA World Cup 2022 mendatang. Namun keberhasilan Qatar menjadi negara terkaya saat ini bukanlah hal yang sangat mengherankan, mengingat pada masa lampau Qatar memiliki peradaban yang luar biasa. Meskipun ketika memasuki era modern Qatar harus melewati masa pahit atau miskin terlebih dahulu. Namun di dalam artikel ini tidak hanya membahas mengenai sejarah peradaban Qatar saja, namun membahas pula kondisi geografis, ekonomi, dan keunikan yang dimiliki dari negara Qatar di era modern saat ini. Sehingga hasil dari pembahasan tersebut menjadikan pembaca bisa mengenal negara Qatar lebih dekat.
Sejarah Negara Qatar
Nama negara Qatar banyak di rujuk dari berbagai sumber-sumber sejarah, seperti sumber sejarah dari Yunani dan sumber sejarah Arab-Islam. Sumber sejarah Yunani telah menyebutkan nama Qatar, seperti ahli geografi Yunani yaitu Claudius Ptolemaeus yang menyebtukan Qatar di dalam petanya untuk dunia Arab dengan nama Katara atau Catara. Selain itu, nama Qatar juga muncul di dalam Linus yang mana Linus menyebut orang-orang Qatar dengan nama Catara NonmadosI atau yang berarti "Badui Qatar atau orang-orang Qatar nomaden (berpindang-pindah). Dari nama tersebut diartikan bahwa pada masa itu, Qatar menjadi tempat bagi para pelancong untuk menetap sementara, guna untuk melakukan kegiatan berburu dan memancing. Selanjutnya pada sumber sejarah Arab-Islam, nama Qatar sudah terkenal di kalangan orang-orang Arab, seperti penyair Arab yaitu Ra'i.
Nama Qatar memiliki arti tersendiri dan bisa dikatakan menjadi nama yang unik, sebab ada kaitannya dengan aktivitas masyarakat di wilayah tersebut. Menurut Ali Ghanim Al-Hajri , ia menyatakan bahwa nama "Qatar" berasal dari kata Al-qathru yang berarti hujan. Hal ini bersumber pada fenomena hujan deras pada wilayah tersebut (2020: 2 dan 4). Sehingga wilayah tersebut memiliki ketersedian air tawar yang melimpah dan menjadikan banyak nelayan maupun penggembala yang melakukan perburuan dan pemancingan ikan, baik itu musiman maupun secara permanen. Dengan demikian, nama Qatar secara bahasa diartikan sebagai huja, namun secara luas nama Qatar dilihat dari sisi fenomena alam atau iklim yang ada pada wilayah tersebut yang memiliki curah hujan yang tinggi.
Qatar memiliki sejarah yang amat panjang dan luar biasa. Hal itu diperlihatkan dari adanya peninggalan pada zaman kuno yang ditemukan oleh para arkeolog. Hampir sama dengan penghuni Indonesia pada masa prasejarah, penghuni di Qatar memiliki dua fase, yaitu fase nomaden atau berpindah-pindah dan fase menetap secara permanen. Pada fase nomaden, tanah Qatar dijadikan sebagai tempat untuk singgah atau menetap sementara bagi para pelancong maupun penggembala, untuk berburu dan memancing sehingga pada masa itu masyarakatnya masih bergantung pada sumber daya laut. Namun, pada fase menetap hal itu mulai berubah, masyarakat di tanah Qatar mulai mendirikan tempat tinggal permanen dan mulai memproduksi komoditasnya sendiri, sehingga terjadi perdagangan di tanah Qatar. Kedua hal ini tentu saja memiliki sistem aktivitas penduduk yang berbeda-beda, akan tetapi ada kesamaan dari kedua fase tersebut, yaitu sama-sama bergantung kepada hasil laut atau maritimnya. Sekalipun saat ini Qatar menjadi negara modern, terkaya, dan maju akan tetapi ketergantungan negara Qatar pada hasil laut, baik biota laut maupun pertambangan masih ada.
Qatar adalah wilayah yang masuk ke dalam kekuasaan Turki Utsmaniyah. Akan tetapi Turki Utsmaniyah kalah dalam Perang Dunia ke-I, akibat kekalahan tersebut wilayah Qatar diambil oleh Inggris pada tahun 1916 dan Inggris menjadikan Qatar adalah wilayah untuk tempat perdagangan atau transit sebelum menuju ke India. Setelah Perang Dunia ke-II pada tahun 1945, negara-negara kekuasaan Inggris seperti India dan Kuwait berhasil memerdekakan negaranya. Sehingga Qatar memiliki keinginan yang sama untuk dapat merdeka. Kemudian, respon itu diterima oleh Inggris, namun ada syarat bahwa perekonomian Qatar masih harus dikuasai oleh Inggris. Qatar menolak hal tersebut dan kemudian membentuk Federasi Arab Teluk. Dan pada tahun 1971 Qatar berhasil mendapatkan kemerdekaannya secara penuh. Sebab Inggris memutuskan untuk mengakhiri hubungan atau kekuasaannya dengan negara-negara Teluk pada tahun 1968.
Kondisi Geografis dan Kependudukan Negara Qatar
Qatar bukanlah negara yang besar seperti negara-negara di Semenanjung Arab lainnya. Luas wilayah Qatar hanya 11.571 km2 dengan batas di Utaranya adalah Teluk Persia dan batas di Selatannya adalah Arab Saudi. Sehingga batas Timur dan Baratnya adalah Teluk Persia. Adanya Teluk Persia inilah yang memisahkan Qatar dengan negara Bahrain dan negara-negara di Semenanjung Arab seperti Kuwait dan UEA. Dengan demikian, satu-satunya batas darat di negara tersebut adalah negara Arab Saudi. Dataran rendah yang ada di Qatar terdiri dari gurun pasir, dengan tempat tertingginya adalah Qurayn Abu al Bawil di Jabal Dukhan. Dari kondisi geografis Qatar yang wilayahnya berada di pesisir pantai serta dataran rendah yang diselimuti gurun pasir, maka tidak heran apabila Qatar memiliki cadangan minyak bumi dan gas alam cair yang sangat melimpah.
Dari segi kependudukan, Qatar memiliki jumlah penduduk yang bisa dikatakan tidak sebanyak Kuwait dan Arab Saudi. Dilansir dari situs The World Bank (2021), penduduk Qatar pada tahun 2019 sebanyak 2.8 juta jiwa. Akan tetapi jumlah penduduk tersebut terjadi karena banyaknya imigran dari India, Pakistan, Nepal, Maladewa, Bangladesh, Srilanka, maupun Mesir yang beradu nasib atau mencari pekerjaan di Qatar. Imigran ini mayoritas berjenis kelamin laki-laki, akibat hal ini Qatar menjadi negara yang memiliki perbandingan rasio jenis kelamin tertinggi di dunia, dengan kata lain jumlah penduduk wanita di Qatar lebih sedikit dibandingkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Kemudian, dari segi kepercayaan atau agama, penduduk Qatar mayoritas memeluk agama Islam. Hal ini sama seperti di Indonesia namun yang membedakan adalah di Qatar masih menerapkan sistem hukum Islam. Selain agama Islam, penganut agama lain di Qatar adalah Kristen, Hindu, maupun Budha. Meskipun agama tersebut di Qatar adalah minoritas, toleransi di Qatar tetap berjalan dengan baik. Dan di Qatar bahasa resmi yang diakui adalah bahasa Arab, namun bahasa Inggris menjadi bahasa kedua yang digunakan oleh negara Qatar, meskipun ada bahasa lain seperti bahasa Indonesia.
Kondisi Ekonomi Negara Qatar
Pada masa lampau aktivtas ekonomi yang dilakukan oleh penduduk Qatar berasal dari pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, dan perindustrian. Pada aktivitas pertanian, Qatar memiliki keunikan tersendiri dibandingkan negara-negara Arab lainnya. Hal itu dikarenakan Qatar mendapatkan curah hujan yang baik sehingga masyarakat memanfaatkan air hujan tersebut untuk menanam banyak jenis tanaman biji-bijian dan pepohanan. Pemanfaatan air hujan dapat dilihat dari bagaimana masyarakat Qatar menampung air hujan dengan membuat kolam atau sumur penampungan air. Selain memanfaatkan air hujan, pertanian di Qatar juga memanfaatkan air tanah. Dan hingga kini pertanian di Qatar masih ada bahkan sistem pertaniannya telah mengalami perkembangan.
Qatar terkenal dengan peternakan sejak zaman kuno, sehingga bukanlah hal yang wajar apabila pada saat ini peternakan Qatar memiliki kualitas yang baik. Peternakan yang dilakukan oleh orang-orang Qatar biasanya adalah unta, sapi, dan kuda yang nantinya akan di ekspor kepada negara-negara luar. Dan saat ini Qatar telah melakukan peternakan dengan yang lebih modern dengan dibantu oleh teknologi yang canggih. Kemudian, di masa lampau Qatar terkenal dengan perdagangannya, sebab Qatar memiliki jalur yang strategis sehingga banyak negara dari Utara maupun Selatan teluk yang melalui Qatar dan yang tidak kalah pentingnya banyak Pelabuhan-pelabuhan di Qatar. Akibat hal tersebut Qatar melakukan perdagangan dengan negara-negara lain seperti China, India, Afrika, dan lain sebagainya yang mana Qatar mengeskpor komoditas yang dimilikinya seperti mutiara, perikanan, kurma, industri tekstil, buah-buahan, dan lain sebagainya. Sedangkan komoditas impor atau yang dibawa Qatar dari negara lain seperti emas, tembaga, dan rempah-rempah yang berasal dari negara Eropa dan Afrika yang dibawa ke Asia Timur. Pada saat ini perdagangan yang dilakukan oleh Qatar telah mendunia bahkan Indonesia melakukan kerjasama perdagangan dengan Qatar, dengan komoditas pentingnya saat ini adalah gas alam cair dan minyak bumi.
Sejak Jepang melakukan pembudidayaan mutiara pada tahun 1920-1930, Qatar mulai melakukan transformasi ekonomi yang mulanya berasal dari perikanan dan mutiara, namun sejak ditemukannya minyak bumi pada tahun 1940, Qatar mulai memfokuskan perekonomiannya kepada hasil tambang tersebut. Pada tahun 2019, cadangan minyak yang dimiliki Qatar adalah sebesar 25,2 miliyar barrel. Lalu, untuk cadangan gas alamnya, Qatar memiliki cadangan gas alam sebesar 24,7 triliun meter kubik. Data tersebut dirilis oleh BP Statistical Review of Wold Energy 2020 (Dzulfaroh, 2020). Dari hasil perdagangan tambang tersebut, Qatar memiliki GDP senilai 183,335 miliar USD pada tahun 2018. Namun, akibat pandemi Covid-19, GDP Qatar mengalami penurunan yaitu sebesar 175,838 miliar USD. Meskipun mengalami penurunan, perolehan GDP Qatar masih dapat dikatakan tinggi dibandingkan dengan negara Amerika ataupun China dan negara di dunia lainnya. Sedangkan untuk GDP per kapita dari negara Qatar, tercatat pada tahun 2018 sebesar 65,908,07 USD, namun pada tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 62,088,06 USD akibat dampak dari pandemi Covid-19.Â
Meskipun demikian GDP per kapita dari Qatar hampir setara dengan Amerika, yaitu 65,297,5 USD. Dengan demikian, wajar apabila Qatar pada saat ini menjadi negara terkaya di dunia, sebab penyumbang terbesar negara Qatar berasal dari pertambangan minyak dan gas alam cair. Meskipun pada tahun 2017 Qatar mengalami blokade ekonomi dari negara-negara tetangga seperti Arab Saudi, UEA, Mesir, Bahrain, dan Yaman, akibat Qatar dituding mendukung terorisme, namun Qatar dapat mengatasi blokade tersebut dengan bekerjasama dengan Turki, AS, Iran, Pakistan, Oman, dan India. Selain itu, Qatar mulai menghabiskan uang miliaran dolar untuk dapat membangun pelabuhan baru serta mempekuat sistem militernya. Akibat hal tersebut Qatar mampu keluar dalam masalah krisis blokade dari negara-negara Arab.
Keunikan dari Negara Qatar
Memiliki Museum Seni Islam Terbesar di Dunia
Pemberian Fasilitas Gratis Kepada Penduduknya
Negara yang Memiliki Tingkat Pengangguran Rendah
SUMBER REFRENSI
Al-Hajri, A. G. (2020). Qatar di Mata Penjelajah dan Arkeolog. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Laporan Kunjungan Kerja Bidang Pengawasan Komisi IX DPR RI Ke Negara Qatar dan Kerajaan Saudi Arabia Masa Sidang IV Tahun Sidang 2016-2017 Tanggal 22-28 April 2017. Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 23.00 WIB. https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/K9-12-86f159491e6b0a7196fb81281129090f.pdf
Diaty, Dhea Mey. (2019). Upaya Qatar Dalam Menghadapi Pemutusan Hubungan Diplomatik yang Dipelopori Oleh Arab Saudi (2017). Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 20.10 WIB. http://repository.unair.ac.id/82024/
Dzulfaroh, A. N. (2020). Apa yang Membuat Qatar Jadi Negara Terkaya Dunia. Diakses pada tanggal 19 Juni 2021, pukul 21.00 WIB. https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/15/171300865/apa-yang-membuat-qatar-jadi-negara-terkaya-dunia-?page=all
Inasis, Gitario Vista. (2020). Qatar Punya Museum Islam Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 19 Juni 2021, pukul 22.00 WIB. https://kumparan.com/kumparantravel/qatar-punya-museum-islam-terbesar-di-dunia-1tHcOy3moLI/full
Masfiya, U. Q. A. (2018). Pemutusan Hubungan Diplomatik Arab Saudi Terhadap Qatar Pada Tahun 2017 dalam Tinjauan Ekonomi Politik Internasional. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, hlm. 44-49. Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 19.55 WIB. http://digilib.uinsby.ac.id/27896/7/Umu Quro%27atul Alvin Masfiya_I92214017.pdf
The World Bank. (2021). Data Qatar. Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 20.00 WIB. https://data.worldbank.org/country/qatar
The World Bank. (2021). Unemployement Qatar. Diakses pada tanggal 19 Juni 2021, pukul 20.00 WIB. https://data.worldbank.org/indicator/SL.UEM.TOTL.ZS?end=2020&locations=QA&start=1991&view=chart&year=2020
Tumanggor, Fajar Anugrah. (2018). Dampak Kebijakan Embargo Negara Arab Terhadap Situasi Ekonomi Qatar. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Diakses pada tanggal 17 Juni 2021, pukul 19.55 WIB. http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3678
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI