Jeda satu-dua detik ini memaksa kita untuk selalu menyadari gerakan yang akan kita lakukan dan manyadari bacaan yang akan kita baca (lebih baik lagi kalau kita bisa paham dengan bacaanya).
Konsep jeda ini akan mencegah kita melakukan gerakan dan bacaan shalat serba otomatis sehingga kita sendiri tidak menyadari apa yang telah kita lakukannya. Bila konsep jeda satu-dua detik ini rajin dilatih dan diimplementasikan maka angka tingkat kekhusukkan minimal 50% bisa dicapai oleh kita. Namun demikian ini sudah merupakan peningkatan prestasi yang patut kita syukuri karena kenaikkannya lebih dari dua kali lipat  (dari 25% hingga lebih dari 50%).
Inginnya sih bisa mencapai tingkat kekhusukan 100%. Insya Allah dengan terus berlatih maka tingkat kekhusukkan yang sempurna ini bisa dicapai. Amin
Apakah kosep jeda satu-dua detik ini dapat dikategorikan sebagai bidah? Tentu saja tidak. Konsep ini hanya ingin memperinci maksud dari ungkapan tumaninah yang harus selalu ada pada tiap tahapan shalat (gerakan dan bacaan). Shalatlah dengan tumaninah. Wallahu'alam.
Semoga Allah mengawal kita agar bisa shalat khusuk. Amin.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Salam dari Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H