Mohon tunggu...
Ibn Jabal
Ibn Jabal Mohon Tunggu... Freelancer - Bukan Putra Mahkota

masih mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perpustakaan Bergerak

11 Januari 2020   01:50 Diperbarui: 11 Januari 2020   02:37 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Di Papua terdapat Noken Pustaka (keliling membawa buku diransel untuk dibaca anak-anak), di Polewali Mandar Sulawesi Barat ada Perahu Pustaka (membawa buku diperahu dan keliling antar pulau demi memberi bacaan pada masyarakat), di Padang ada Vespa Pustaka, di Purbalingga terdapat Kuda Pustaka (mejajakan buku dengan naik kuda), Limbah Pustaka, dan endog pustaka (jualan telur untuk dimakan dan juga menyediakan buku bacaan bagi pelanggannya).

Beberapa kegiatan pustaka bergerak tersebut perlu didukung dan digalakkan diseluruh penjuru Nusantara. Perpustakaan yang mempunyai banyak koleksi buku seharusnya akan lebih diminati jika mempunyai methode yang serupa.

Sehingga suatu saat nanti kita akan melihat pemandangan orang-orang dibus sambil baca buku, nunggu dihalte sambil bawa buku, antre diloket sambil baca buku dan kegiatan-kegiatan lainnya yang terdapat banyak orang berkumpul didalamnya. Sebab perpustakaanlah yang bergerak menghampiri mereka, bukan mereka datang keperpustakaan.

Tentu kesadaran membaca ini tidak akan berhasil secara sempurna jika hanya dilakukan oleh segelintir perpustakaan, harus didukung oleh perpustakaan-perpustakaan lain.

Jika hal diatas dapat direalisasikan, tidaklah mustahil jika kita mempunyai mimpi bahwa perpustakaan di Indonesia bukanlah berwujud gedung ataupun ruangan dengan tumpukan buku didalamnya, namun perpustakaan adalah lingkungan kita sendiri, kanan kiri kita adalah perpustakaan, dimanapun kita berada disitu ada buku dan informasi yang bisa dibaca.

Methode "perpustakaan bergerak" seperti diatas tidak selamanya harus diterapkan. ketika kesadaran membaca masyarakat telah subur, mungkin tanpa harus bergerak, perpustakaan akan di kerumuni oleh banyak pembaca. Sebab, mereka telah sadar akan pentingnya membaca, selain itu mereka juga akan sadar bahwa membaca adalah kepentingan mereka sendiri bukan kepentingan perpustakaan lagi. Perpustakaan tinggal fokus menyediakan buku yang relevan serta bermanfaat. Hal seperti ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Anas bin Malik radiya Allah 'anhu: "Ilmu itu didatangi bukan datang dengan sendirinya".

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun