Dalam pemberian peer counseling, disamping itu saja juga menggunakan pendekatan konseling kelompok namun kadang kala saya menerapkan konseling individu bagi anak yang memiliki self esteem rendah.Â
Saya melihat beberapa komparatif, dimana anak-remaja lebih dominan mengutarakan secara detail apa yang dialami dan dirasakannya saat melakukan konseling individu, dibandingkan dengan konseling kelompok anak-remaja lebih dominan merasa malu untuk mengutarakan apa yang dirasakannya.Â
Namun secara universal tetap aksiologinya yaitu membantu anak-remaja untuk membangkitkan satohat dalam dirinya serta membangaun konsep diri yang positif agar mampu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Dari data empirik tersebut, saya memproleh begitu urgensinya pendekatan bimbingan konseling dalam membantu sesama individu dari berbagai kalangan usia untuk membentuk karakteristik dan apateia (kontrol diri) terhadap diri anak-remaja yang dalam konotasinya masih memiliki hasrat ingin tahu tinggi serta mudah terpengaruh oleh lingkungan yang berada di sekitar mereka.
Sehingga dari pemaparan epistemologi yang saya peroleh dari praktik kerja lapangan, saya menarik sebuah silogisme secara universal bahwa bimbingan konseling tidak hanya memberikan bantuan atau bimbingan semata terhadap individu yang sedang menghadapi krisis dalam hidupnya.Â
Melainkan bimbingan konseling bisa sebagai mediator atau wadah seseorang untuk bercerita, bertukar pikiran, berbagi pengalaman, serta mampu menjadi keluarga dalam ranah sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H