Bukan itu saja Anaximander juga menjelaskan beberapa pemikirannya yang didapatkan dari analitika bersama dengan Thales, salah satunya berkaitan dengan evolousi manusia. Ia menganalogikan bahwa manusia layaknya seperti sebuah ikan di laut. Maknanya manusia semenjak lahir tidak mampu untuk hidup sendiri, ia selalu membutuhkan manusia lain dalam proses evolusinya.Â
Layaknya ikan hiu yang melinduni anak-anaknya di dalam perut sampai mereka bisa bertahan hidup dan mencari kehidupannya sendiri. Disamping itu, pemikiran Anaximander yang lain, ia mengatakan bahwa bentuk dari bumi ini seperti silinder yang lonjong, lalu tata surya berputar selalu melewati poros yang sama setiap harinya.Â
Pemikirannya tersebut didasari pada tindakan Anaximander yang sering meraungi samudra untuk mencari kebenaran dunia. Dari itu, selain terkenal dengan teori kosmologis dan evolusi, ia juga dikenal sebagai pembuat peta pertama pada peradaban Yunani yang digunakan untuk menemukan sebuah tempat pada era modern seperti sekarang ini.
Konsepsi-konsepsi Anaximander tersebut, membuat ia berhasil meneruskan pemikiran dan jejak dari gurunya Thales untuk terus mengajarkan apa yang dilakukannya bersama gurunya semenjak gurunya masih hidup. Terbukti dengan ia melanjutkan perjalanan Thales sebagai kepala sekolah di akademia Miletus.Â
Prasasti atau peninggalan dari seorang filsuf dari Miletus Anaxamander tidak banyak diketahui oleh banyak kalangan, namun beberapa karyanya di emanasikan dalam buku Bertrand Russel berjudul Sejarah Filsafat Barat dari era clasic sampai dengan peradaban filsafat postmodern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H