Mohon tunggu...
Ibeth Beth-i
Ibeth Beth-i Mohon Tunggu... -

rain's lover

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nenek Tua

6 Oktober 2011   11:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:16 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
entah darimana saja
engkau seharian
entah apa saja yang
kaulakukan seharian
berteman hening
berbekal parang
pulangpulang kau tampak letih
pulangpulang kau penuh peluh

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
pulang ke rumah tua
disambut angin
disapa hening
juga si Meong yang
selalu melingkari kakimu
si Meong yang
selalu kaubelai dalam
letihmu
seakan dia adalah
cucumu seorang

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
dan kaukepulkan asap mengalun
dari ranting kering
dan kaukepulkan asap mengalun
dari tungku tanah
mengalun hening
mengalun angin

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
dan kini peluhmu bercampur rasa
kauselampaikan kebayamu
di tali yang membentang
kauselampaikan tubuhmu
di balebale bambu
kauselampaikan hening
di angin yang selalu mengalun

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
kausanggulkan benang perakmu
kaubelitkan kulit lusuhmu
dan kauraba dada keriputmu
dada dalam kutang penuh peluh

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
untuk apa semua peluh
untuk siapa semua letih

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
apakah hening dan angin itu
mengoyak sepi,
nek?

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
apakah benangbenang yang
memutih perak itu karena
engkau sangat letih atau
memang bunga rasa sepi?

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
apakah pahatan kerut
di wajahmu itu karena
engkau sangat letih atau
memang buah rasa sepi?

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
untuk apa semua peluhmu
untuk siapa semua letihmu
apa sekedar pengisi waktu
apa untuk cucumu
apa untuk si Meong
apa untuk membuat dirimu
merasa masih tetap berguna
dan berharga
apa untuk menepis anggapan
bahwa engkau merasa kesepian

nenek tua
hari telah menjadi petang
saat kau pulang
orkes tonggeretpun telah
menggesekgesek biolanya
di atas pohon jambu di belakang rumahmu
pohon jambu yang
bunganya berguguran
menghamburkan benangbenang putih
tertiup angin
tanpa suara
pohon jambu yang
buahnya berguguran
menghampar tak karuan
pohon jambu yang
menunggu suarasuara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun