"Kenapa gak bilang-bilang biar ditemenin, eh, maksud saya kenapa tidak siang saja selagi terang," Suratman mulai berani menggoda.
"Masa, sih, sakitnya sekarang diobatinnya besok?" tawa Mina lembut dan tertahan. "Kepala saya sakit, Mas, efek tak punya teman di rumah, mungkin, makanya beli obat biar sakitnya gak lama-lama."
"Sendiri itu memang sering bikin kepala sakit, ya," goda Suratman lagi saat melihat Mina mulai melangkah.
"Mas Surat juga, toh?" Mina melempar senyum sebentar lalu memalingkan wajah dan terus berjalan. "Lanjut di inbox, ya, Mas," kata Mina tanpa menyebut nama.
Suratman terpaku menatap lenggok Mina yang menjauh dari pandangannya. Ia menenggak liur saat tenggorokannya terasa kering.
Haryono tak boleh putus sekolah. Tapi, ia laki-laki dan harus belajar mandiri.
"Ah," Suratman berkelahi dengan batinnya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H