Mohon tunggu...
IBee Martin
IBee Martin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran Keluarga Terhadap Pendidikan Anak di Era Milenial

15 Agustus 2018   22:56 Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:16 3144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendidikan merupakan pintu gerbang utama menuju cakrawala dunia. Pendidikan adalah proses pengejawantahan ilmu pengetahuan dari pendidik kepada pewaris ilmu dari generasi ke generasi.  Sekolah bisa saja terbatas pada satuan pendidikan tertentu tetapi belajar adalah proses seumur hidup.

Manusia yang terlatih dan terdidik akan mampu hidup dan beradaptasi dalam berbagai situasi dan  lingkungan. Berani tampil didepan publik, dapat hidup pada suatu masa dan strata sosial manapun, dan mampu bersaing di era global.  

Perkembangan teknologi dan kemajuan  informasi yang begitu pesat dewasa ini telah mengubah semua perilaku, gaya, dan pola pikir manusia modern untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok-kelompok sosialita dan trend masa kini.

Pendidikan bagi generasi Milenial

Para peneliti sosial menyebutkan bahwa generasi milenial adalah mereka yang lahir di awal tahun 1980-an hingga awal tahun 2000-an. Generasi milenial adalah generasi yang lahir di era kemajuan  teknologi dan informasi. Mereka menikmati berbagai kemudahan akses informasi, transportasi dan berbagai fasilitas modern lainnya yang tersedia saat ini seiring kemajuan zaman termasuk teknologi dalam dunia pendidikan.

Sekolah bertugas untuk mendidik siswa sebagai pendidik pertama dan orang tua adalah guru kedua. Seluruh aktivitas siswa menurut saya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru. Siswa berada di sekolah hanya beberapa jam saja. Sementara waktu yang tersisa lebih banyak dihabiskan bersama keluarga di rumah.

Kompleksitas masalah pendidikan anak di sekolah tidak bisa ditangani sekolah secara sepihak. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama. Guru dan orang tua atau sekolah dan keluarga adalah dua komponen peran yang saling membantu dan melengkapi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis data jumlah siswa menurut jenis kelamin dan status di Provinsi Sulawesi Barat pada setiap satuan pendidikan. Tingkat Taman Kanak-kanak berjumlah 22.602 siswa, Sekolah Dasar(SD) berjumlah 164.992 siswa, tingkat PLB berjumlah 1.051 siswa, tingkat SMP berjumlah 63.243 siswa, tingkat SMA berjumlah 26.669 siswa dan tingkat SMK berjumlah  25.645 siswa (Sumber: Ikhtisar Data Pendidikan tahun 2016/2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia).

Peningkatan mutu pendidikan sebagai acuan meningkatnya indeks pembangunan manusia di Indonesia menjadi perhatian serius pemerintah untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan Nasional.

Laporan Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat, pembangunan manusia di Sulawesi Barat terus mengalami kemajuan, yang ditandai dengan terus meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM). Pada tahun 2017, IPM Sulawesi Barat mencapai 64,30. Angka ini meningkat sebesar 0.70 poin atau tumbuh sebesar 1.10% dibandingkan dengan IPM Sulawesi Barat tahun 2016 sebesar 63.60. selama periode 2016 hingga 2017, tampak seluruh komponen pembentuk IPM Sulawesi Barat juga mengalami peningkatan yang meliputi angka harapan hidup, harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Sumber: sulbar.bps.go.id).

Lalu, apa peran keluarga sesungguhnya terhadap pendidikan anak di era milenial ?

Anak anak yang belajar pada suatu satuan pendidikan secara otomatis menjadi tanggung jawab keluarga. Keluarga berperan sebagai alat kontrol terhadap pendidikan anak-anak. Banyak kasus terjadi dalam proses pendidikan seorang anak ketika keluarga sebatas "menitipkan " anak-anak mereka untuk dididik oleh para guru di sebuah sekolah. Sekolah bukanlah tempat penitipan anak. Sekolah adalah lembaga yang memiliki peran untuk mendidik dan mencerdaskan bangsa. Paradigma seperti ini kadang kurang dipahami oleh keluarga yang seharusnya berkewajiban membantu lembaga pendidikan untuk peningkatan kecerdasan anak-anak mereka di sekolah.

Dukungan orang tua memberi penguatan mental dan kasih sayang kepada anak-anak dalam menempuh pendidikan di sekolah. Peran keluarga juga penting untuk memfiltrasi pengaruh buruk yang dihadapi oleh anak ketika berada di luar rumah.

Menurut Kepala SDN 1 Mamuju, Hj. Suharni, S.Pd, M.Pd yang saya wawancarai pada tanggal 28 Juli 2018 lalu mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya selalu melibatkan para orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah terutama kegiatan pembentukan karakter siswa, laporan hasil perkembangan akademik, dan sosialisasi mengenai peraturan-peraturan sekolah yang harus diketahui terutama para siswa baru. Suharni menjelaskan, ia selaku kepala sekolah selalu berkoordinasi dengan komite sekolah untuk merangkul para orang tua siswa baru, memberi penjelasan mengenai perkembangan dan peningkatan kinerja guru serta hasil evaluasi peserta didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Secara konkret, keluarga dalam hal ini para orang tua memiliki peran aktif terhadap perkembangan anak-anak dalam dunia pendidikan yang saya jabarkan secara rinci sebagai berikut:

A. Orang Tua sebagai Perencana pendidikan anak

Tugas mendidik anak yang diemban para orang tua tidak hanya terbatas pada pemenuhan hak-hak dasar anak namun juga mencakup perencanaan pendidikan anak dalam jangka waktu panjang. Sebagai perencana Pendidikan anak, orang tua mempersiapkan dana pendikan anak sebagai modal awal untuk investasi ilmu anak-anak di masa depan. Dana pendidikan dipersiapkan bisa dengan cara menabung atau bisa mengikuti program asuransi pendidikan anak secara berjangka.

Pada tingkat satuan pendidikan SMP dan SMA atau SMK, peran orang tua dibutuhkan untuk memilih jurusan, program atau sekolah favorit bagi anak-anak. Namun pada level ini, beberapa anak sudah cukup mampu untuk memilih sendiri sekolah yang disukainya. Peran orang tua terus berlanjut sampai anak-anak mandiri dan mampu untuk berdikari dan mengurus nasib dan masa depannya sendiri.

B. Orang Tua sebagai pengawas pendidikan anak

Orang tua harus mengawasi keberlangsungan pendidikan anak secara terus menerus. Laporan pendidikan yang diterima setiap semester juga harus diperiksa secara teliti untuk  memastikan bahwa anak-anak telah mencapai hasil yang maksimal dalam pelajaran di sekolah. Disisi lain, orang tua juga harus cerdas melihat jika prestasi anak dii sekolah belum maksimal, bisa saja perhatian mereka teralihkan pada hal-hal lain seperti terlalu sering bermain games online pada gadget yang mereka miliki.

C. Orang Tua sebagai Guru kedua di rumah.

Guru mentransferkan ilmu kepada siswa di sekolah, sementara dirumah, para orang tua mengajarkan cinta kasih, pembentukan karakter, norma-norma, tata krama, dan nilai-nilai. Orang tua adalah guru kedua yang tidak hanya mengawasi anak pergi dan pulang sekolah tetapi berada tepat disisi anaknya di kala mereka membutuhkan.

D. Orang Tua sebagai motivator dan sumber inspirasi

Anak-anak didorong untuk berprestasi dan meraih mimpi-mimpi mereka. Pesan-pesan positif harus diperdengarkan ke telinga anak-anak untuk memacu semangat mereka dalam belajar. Orang tua yang hebat adalah ketika anak-anaknya lemah dan putus asa, mereka hadir sebagai motivator dan sumber inspirasi bagi anak-anak. Ayah dan ibu dalam rumah tangga adalah suri tauladan yang akan diguguh dan ditiru anak-anak. Figur orang tua adalah representasi seorang anak untuk meraih sukses di masa depan.

Peran pendukung dari masyarakat

Masalah pendidikan anak-anak kita menjadi perhatian semua pihak termasuk masyarakat. Peran masyarakat dibutuhkan sebagai pemberi masukan atau pengawas bagi institusi pendidikan agar meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan peserta didik. Masyarakat diharapkan ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Tugas pengawasan ini tentu saling bersinergi antara sekolah sebagai lembaga pendikan, orang tua, dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional diharapkan seluruh elemen pendukung pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai daerah, mampu bekerja sama untuk mewujudkan generasi Indonesia yang Unggul, cerdas dan berdaya saing tinggi di era Milenial.

Pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional ke-XXV tahun 2018 di kota Manado, Sulawesi Utara, Menteri Koordinator Pembangunan manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani, mengatakan bahwa keluarga adalah bagian yang tak terpisahkan dari diri kita, Keluarga adalah bahasa universal karena keluarga adalah sumber cinta dan kasih sayang. Selamat Hari Keluarga Nasional 2018.

(***)

Oleh: Ibrahim Barsilai Jami (Penyiar Radio & Pemerhati Anak)
*Tulisan ini telah dimuat di Harian Radar Sulbar, Edisi 10 Agustus 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun