Uang yang dapat didefinisikan secara singkat sebagai alat komersial dan unit penilaian nilai (Smith, 1937), telah dinilai lebih penting dalam hidup kita dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan dengan masa lalu. Transisi masyarakat dari kehidupan desa yang mandiri ke kehidupan perkotaan berbasis konsumsi dapat dianggap sebagai pemicu untuk perubahan ini.
Konsep the Love of Money (LOM/Kecintaan terhadap Uang) dibangun atas sikap orang terhadap uang yang dapat memengaruhi persepsi mereka terhadap upah di tempat kerja dan motivasi pribadi mereka, dan akibatnya perilaku mereka terkait dengan pekerjaan, kinerja mereka, kepuasan kerja, motivasi, dan efektivitas dalam pekerjaan semuanya terpengaruh dalam hal ini. Terdapat empat dimensi/variabel dalam LOM, yakni:
- Good, dalam faktor ini, gagasan bahwa uang itu baik, penting, berharga, dan menarik diwakili. Singkatnya, sikap positif tentang uang dikumpulkan.
- Evil, dalam faktor ini, sikap negatif terhadap uang dikumpulkan. Pemikiran bahwa uang adalah sesuatu yang jahat, tidak perlu, dan memalukan dapat diberikan sebagai contoh dari pikiran negatif semacam itu.
- Power-Success, dalam faktor ini, uang dianggap sebagai tanda keberhasilan oleh orang-orang tertentu diwakili oleh faktor keberhasilan. Atribut uang yang membuat orang berkuasa dengan memberi mereka otonomi dan kebebasan finansial.
- Budget, dalam faktor ini, pemikiran tentang seberapa banyak pertimbangan orang membayar untuk penggunaan uang, dalam hal pembayaran jangka pendek dari akun dan investasi jangka panjang.
TUJUAN
Tujuan dari jurnal ini adalah mengidentifikasi hubungan antara Islamic Work Ethic (IWE) dan dimensi the Love of Money (LOM) yang mana gaya hidup Islam tidak menganggap materialisme sebagai esensi kehidupan. Sehingga, jurnal ini mencoba untuk menentukan hubungan antara IWE dan LOM yang merupakan faktor penting bagi karyawan melalui persepsi mereka tentang pekerjaan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan analisis korelasional, dengan memakai kuesioner kepada sampel sebanyak 500 pedagang di pusat Alanya, Turki. Penelitian ini menggunakan SPSS untuk uji validitas serta analisis ANOVA. Terdapat delapan variabel atau faktor dalam kuisioner, yakni Good, Evil, Budget, Power-Success, Age, Education, Income, dan IWE.
KESIMPULAN
Dalam hasil analisis faktor, dimensi power-success menunjukkan bahwa peserta penelitian menganggap uang sebagai alat yang membawa kekuatan dan kesuksesan bersama. Selanjutnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa persepsi IWE memiliki korelasi positif dan signifikan dengan dimensi LOM sebagai good, budget, dan power-success.
Peserta yang memberi emosi positif ke dalam uang, menganggarkan uang mereka dengan hati-hati dan percaya bahwa memiliki uang membawa juga kesuksesan dan kekuatan serta memiliki nilai yang tinggi di IWE, dan dimensi-dimensi tersebut memiliki korelasi positif dengan satu sama lain. Haroon et al. (2012) menekankan bahwa peningkatan pada IWE juga akan membawa peningkatan pada kinerja pekerjaan, sementara Marri et al. (2012) mendukung dan juga menambah komitmen organisasi terhadap korelasi.
Singkatnya, orang-orang dengan persepsi tinggi memperoleh IWE dan menggunakan uangnya dengan niat baik, mendukung keadilan sosial dan ekonomi dan persaudaraan sosial, dan melihat kehidupan ini sebagai lahan tanaman yang harus dikembalikan di akhirat. Selain itu, orang-orang dengan persepsi IWE yang tinggi memandang uang sebagai alat materialis, dan ini mungkin terkait dengan hasil penelitian bahwa dimensi evil uang tidak memiliki korelasi dengan IWE. Variabel yang berbeda seperti komitmen organisasi, kinerja, perilaku warga organisasi, perilaku berbagi pengetahuan dan kepuasan kerja dapat digunakan untuk penelitian masa depan untuk mencapai hasil rinci dan untuk mengamati efek IWE dan LOM.
Akhirnya, penelitian ini mengungkapkan bahwa peserta yang menikah memiliki tingkat persepsi IWE yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta yang belum menikah.