Mohon tunggu...
islahul ibad
islahul ibad Mohon Tunggu... freelance -

indonesian author cp : 081363848230

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gurun Piatu

2 Januari 2017   06:44 Diperbarui: 2 Januari 2017   07:21 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak itu sering meneguk tajin, yang airnya mengucur deras dari tempayan.

Sambil memutar-mutar siaran radio yang menggantung di pundak kekanak-kanakannya

Hari demi hari, tualang meringkus kemuraman dalam kerumunan
Dimana saja, ditanamnya pasak-pasak penantian

Minggu demi minggu, haus nasibnya kian merongrong di gurun piatu
Tapi takdir tak menunggu
Kegersangan hidup tak dibiarkan mengeringkan segala miliknya : baju, celana, ketabahan, kekuatan dan tuhan.

Bulan demi bulan, ia menghitung jumlah tangisannya
Kemudian memasukkan air matanya ke dalam celana
Lalu luka ditentengnya ke matahari, agar tak berair lagi

Tahun demi tahun, ia berusaha memulangkan kesedihanya ; mencatat kisah yang berlembah-lembah diatas tiras
Merangkum segala yang ditempa oleh hujan dan panas
Hingga akhirnya, bianglala pun membusur di atas kepalanya

2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun