Mohon tunggu...
IAT Sadra 22
IAT Sadra 22 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kumpulan Karya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pandangan Sunni dan Syiah terhadap Tahrif Al-Qur'an: Menelusuri Definisi, Riwayat, dan Keterjaminan Keaslian Teks Suci

20 November 2023   11:25 Diperbarui: 20 November 2023   12:46 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B. Keterjaminan Al- Qur'an dari Tahrif

            Keteguhan Al-Qur'an terhadap penyimpangan di dalam Islam dianggap sebagai hasil dari campur tangan langsung Allah untuk menjaga teks suci tersebut dari segala bentuk perubahan atau distorsi. Salah satu cara untuk menjaga keaslian Al-Qur'an adalah dengan cara menghafalnya. Penjagaan Al- Qur'an merupakan sebuah keniscayaan yang Allah Swt jamin, sebagaimana dalam firmannya:

           Artinya: " Sesungguhnya kami yang telah menurunkan Al- Qur'an, dan pasti kami pula yang menjaganya".(QS. Al- Hijr 15:9)

            Menjaga keaslian Al-Qur'an adalah tindakan yang dianjurkan oleh Allah untuk umat, bertujuan menjaga jumlah penghafal Al-Qur'an dari masa ke masa. Pentingnya penjagaan ini adalah untuk memastikan bahwa Al-Qur'an tetap terpelihara, baik huruf, kalimat, maupun harakatnya, melalui banyaknya penghafal yang menyampaikan warisan ini dari generasi ke generasi. Dengan banyaknya penghafal, Al-Qur'an terhindar dari potensi penyimpangan (tahrif). Selain itu, penjagaan ini juga melibatkan pencegahan kesalahan, kekeliruan, pengurangan, atau penambahan huruf, terutama saat proses kodifikasi. Al-Qur'an, sebagai warisan sejarah yang autentik, terjaga dengan baik berkat jumlah penghafal yang konsisten. Kesalahan dalam bacaan akan segera terdeteksi oleh para penghafal, menjadikan tahfiz (memorialisasi) sebagai bentuk keutamaan yang Allah wujudkan pada kitab-Nya yang suci.

            Dalam menjaga integritas Al-Qur'an agar terhindar dari kemungkinan tahrif, perhatian khusus diberikan pada dua aspek utama, yaitu sanad dan mutawatir Al-Qur'an. Proses transmisi Al-Qur'an melibatkan catatan sanad dengan teliti, dijaga secara kolektif, dan diyakini umat Islam sebagai mutawatir, artinya disampaikan oleh sejumlah besar perawi secara berkesinambungan. Umat Islam meyakini bahwa sanad Al-Qur'an bersifat mutawatir, menegaskan bahwa pewarisan teks ini dilakukan melalui rantai perawi yang sangat besar, sehingga keutuhan dan keasliannya terjaga. Faktor mutawatir menjadi pondasi kuat dalam memastikan bahwa Al-Qur'an yang diterima saat ini sesuai dengan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu, untuk menegakkan keabsahan Al-Qur'an, pandangan sejarah turut menjadi landasan. Adanya naskah-naskah Al-Qur'an yang dapat ditelusuri kembali ke zaman awal Islam memberikan bukti konkret akan keaslian dan keutuhan Al-Qur'an. Naskah-naskah tersebut menjadi saksi sejarah yang menegaskan bahwa Al-Qur'an yang kita miliki hari ini adalah hasil warisan yang terpelihara dari generasi ke generasi, memvalidasi kepercayaan umat Islam terhadap integritas Al-Qur'an sebagai kitab suci yang tidak mengalami perubahan atau tahrif.[1]

 

            Kenyataan-kenyataan sejarah menunjukkan tidak adanya tahrif Al- Qur'an dengan sengaja oleh salah seorang sahabat. Riwayat-riwayat sejarah menunjukkan betapa ketatnya penjagaan Al- Qur'an dari pihak para sahabat. Sebagaimana kisah Utsman bin Affan bersikeras meminta supaya huruf wawu atau huruf ataf yang berarti "dan" didalam QS. At- Taubah: 34 yaitu: ..., dibuang. Akan tetapi para sahabat menolak dan memprotes Utsman. Ketika Utsman bin Affan ingin menulis mushaf dia meminta supaya mereka membuang huruf wawu pada ayat tersebut. Akan tetapi, Ubay bin Ka'ab berkata: " Kau harus menulis huruf tersebut atau kalau tidak, akan kuletakkan pedang ini di atas pundakku". Maka orang-orang menulisnya.[2]

 

            Adapun tahrif disini juga dianggap sebagai penyimpangan, distorsi atau perubahan yang diklaim oleh beberapa kelompok atau individu terhadap teks suci Al- Qur'an. Bagi mayoritas muslim menganggap bahwa Al- Qur'an terbebas dari segala bentuk tahrif, baik secara tekstual maupun makna dan tahrif Al- Qur'an merupakan ide yang ditolak dan dianggap tidak benar. Mayoritas muslim jua percaya bahwa Al- Qur'an telah terlindungi atau terjaga dari perubahan sejak diturunkannya.

 

C. Mengkritisi riwayat-riwayat yang mengesankan terjadinya tahrif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun