Mohon tunggu...
Ian Ninda
Ian Ninda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

i'm student of psychology uin maliki malang 2013

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Long Story about 'Psy-Cognitive

13 September 2014   09:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:49 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti air sungai yang terus mengalir sampai ke hilir, begitu juga dengan sejarah psikologi kognitif. Psikologi kognitif memiliki sejarah yang panjang dalam perjalanannya sampai pada yang kita ketahui sekarang. Bermula dari zaman plato dan aristoteles, bapak filsuf dunia. Antara guru dan murid ini memiliki jawaban berbeda dari pertanyaan yang serupa; dari mana ilmu pengetahuan itu dan bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran manusia? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menjadi fondasi awal berkembangnya psikologi kognitif.

Dua tokoh tadi-Plato dan Aristoteles memiliki pandangan yang berlawanan tentang asal muasal pengetahuan, “Studi terhadap aksara hieroglif Mesir Kuno menunjukkan bahwa para penulisnya meyakini bahwa pengetahuan berada di jantung-termasuk Aristoteles, filsuf Yunani Kuno, namun hal ini tidak disetujui oleh gurunya, Plato yang berpendapat bahwa otak adalah tempat pengetahuan disimpan” (Solso, dkk, 2007). Dari awal sudah terdapat perbedaan yang nyata oleh perspektif masing-masing tokoh. Aristoteles meyakini bahwa asal muasal pengetahuan adalah di jantung, sedangkan Plato menganggapnya berasal dari otak.

Selanjutnya, masih dalam perdebatan lagi terkait bagaimana pengetahuan ditampilkan dalam pikiran manusia, terdapat dua perspektif yang fenomenal, yaitu perspektif empiris dan nativis. Perspektif empiris memandang pengetahuan diperoleh dari pengalaman sepanjang hidup, sedangkan perspektif nativis menyatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada karakteristik genetis dalam otak. Dengan kata lain, menurut pandangan nativis, manusia dilahirkan dengan pengetahuan yang telah tersimpan di dalam otaknya (Solso, dkk, 2007).

Aha?Kalian pilih yang mana teman? Setuju mana? J

Jika ditinjau berdasarkan perspektif ilmiah, jelas sekali bahwa dua pandangan di atas tidak dapat dibuktikan secara mutlak, sehingga perspektif tersebut sampai saat ini hanyalah fiktif belaka. Kebanyakan orang masa kini telah menganut perspektif moderat, yaitu perpaduan antara perspektif empiris dan nativis. Perspektif moderat menyebutkan bahwa semua informasi atau pun pengalaman akan diproses oleh otak secara genetis reseptif, sehingga dari sini kita dapatkan apa yang disebut dengan ‘pengetahuan’.

Kemudian, bergantinya zaman memunculkan tokoh-tokoh inovatif pada masanya. Abad ke-18 yang kita kenal sebagai abad renaisans (pencerahan), suatu abad di mana terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara besar-besaran, karena terlepas dari intervensi pihak gereja. Pada masa inilah salah satu dari cabang ilmu filsafat yang telah menjadi ilmu psikologi-sekarang mulai dibawa pada titik keilmiahannya. Sampai kemudian pada abad ke 19, para psikolog mulai bermunculan dan menampilkan eksistensinya. Teori demi teori dikemukakan oleh ahlinya, hingga pada paruh akhir abad 19 teori 'representasi pengetahuan' terdikotomi oleh pemikiran tokoh Wundt di Jerman dan Brentano di Amerika. Keduanya pada dasarnya bersaing mempermasalahkan isu-isu yang sama sebagaimana para pendahulu mereka, Plato dan Aristoteles dua abad sebelumnya. Akan tetapi, yang membuat nilai 'plus'nya adalah ke-illmiahan teori, tidak sekedar berspekulasi.

Pada saat yang sama, William James dengan kritis mengevaluasi aliran psikologi baru yang berkembang di Jerman kala dan pada akhirnya dibawa ke Amerika oleh murid Wundt, Titchner. James secara aktif dan brilian mengembangpesatkan ilmu Psikologi dengan membangun laboratorium psikologi pertama di Amerika dan menulis karya ilmiah yang mengembangkan teori model pikiran yang ilmiah pada tahun 1890. James juga menulis tentang memori, yang mencakup struktur dan proses. Rekan seangkatan James, seperti Donders dan James Cattel juga melakukan beberapa eksperimen menggunakan persepsi kaitannya dengan operasi mental. Tokoh-tokoh inilah yang karyanya hingga saat ini kita sebut sebagai Psikologi Kognitif. Segala teknik-teknik, focus penelitian, prosedur, dan metode interpretasi yang digunakan oleh para ilmuwan awal tersebut mengawali munculnya sebuah disiplin ilmu formal yang baru, psikologi kognitif(Solso,dkk, 2007).



Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun